Cerita
ini tentang seorang teman.
Saya
menyebutnya perempuan kesepian.
Teman
saya ini seorang perempuan yang lahir dari keluarga (hampir) kaya. Ayahnya
bekerja di sebuah instansi tertinggi di negara ini, ibunya seorang ibu rumah
tangga yang mengurus anaknya di sebuah kota di pulau sulawesi sesekali kembali
ke ibukota mengecek keadaan suaminya. Hobi teman saya pun seperti anak gaul bin
bebas negeri ini, mengejar cahaya diatas lantai ditemani musik di sebuah klub
malam kota tempatnya berpijak, sesekali menonton konser band dalam pun luar
negeri, atau sekedar hang-out bersama teman-teman kampus dan pacarnya. Pacar
teman saya ini? Tidak bisa diragukan lagi, saya menyebutnya sempurna. Baik?
Sejauh yg sy kenal baik. Penyayang? Banget. Tampan? Ya, dia lelaki blasteran
Arab-Indo yang saya pun mau dijadikan selingkuhan (Hahahaha, ampyun-keun yuni.
Ra)
Secara
kasat mata, teman saya ini sempurna. Bahagia, pasti. Tapi itu hanya KASAT
MATA!!!
Teman
saya ini suka tempat ramai tapi selalu merasa sendirian. Teman saya ini ramah
tapi ntahlah, senyumnya sulit simetris. Mungkin
Teman
saya ini susah bahagia. (((MUNGKIN))). Temani saya ini humoris suka ketawa,
setelah itu? Pandangannya kosong.
Finally,
menurut saya bahagia itu tidak mesti kaya, tidak mesti menjadi anak gaul bin
bebas masa kini. Bahagia itu ketika senyum bisa simetris, saat mendengar dan
melihat lantas tertawa bukan dengan menutup keduanya :) Bahagia itu sederhana,
sesederhana kamu menafsirkan arti bahagia itu. Tak perlu susah-susah sebab yang
susah akan menambah susah :D hehe ;)
Berbahagialah
My best fuck forever
Pulanglah
ke ibukota jikalau kotaku tak mampu membuatmu bahagia.
Wahai
perempuan kesepian