Jumat, 02 Oktober 2015

Perempuan Pe-Malu




Perempuan pe-malu itu berjalan dengan wajah tertunduk setiap harinya. Jalan yang ia lalui sepertinya telah memahami alasan ia di tatap setiap kali Perempuan Pe-Malu itu menuju tempat tujuannya.

Trotoar yang ramai tak mampu membuatnya berjalan tegap, sepertinya memang ia tak pernah merasakan sakit pada lehernya. Menunduk, menunduk dan menunduk. Hanya itu yang ia lakukan, sesekali menegakkan kepala saat ia di tanya.

Perempuan Pe-Malu itu tidak pernah menyadari di sudut terminal dari trotoar yang ia lalui ada seorang pria yang terus mengamati dan bertanya - tanya tiap harinya. Seperti apa perempuan Pe-Malu tersebut, Kelainan pada daerah leherkah? Atau ada yang Perempuan Pe-Malu itu sembunyikan dari wajahnya?

Pagi itu, Pria di sudut terminal berkesempatan duduk di sebelah Perempuan Pe-Malu itu. Dengan keberanian yang telah ia kumpulkan, pria itu memulai percakapan. Dengan hati - hati ia mulai bertanya, "Bolehkah saya minta tolong?". Tanpa di sangka, Perempuan Pe-Malu menegakan wajahnya. SubhanAllah, dalam hati Pria tersebut bergumam. Perempuan Pe-Malu itu tak ada kelainan pada lehernya dan tak ada yang salah pada wajahnya. Lantas apa gerangan yang membuat Perempuan Pe-Malu itu menunduk setiap harinya?

Sungguh, dia bukan Pe-Malu. Karena saat berada pada lingkaran kehidupannya ia adalah perempuan tak tahu malu^^.

Terakhir,.
Yang bisa menjawab pertanyaan pria di sudut terminal hanyalah jalan yang Perempuan Pe-Malu itu lalui. Pancaran matanya, serta setiap do'a yang ia haturkan langsung ke bumi tidak lain tidak bukan untuk lelaki yang selalu bersamanya menaiki bis X itu. He is Pria di sudut terminal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar