Perempuan pe-malu itu
berjalan dengan wajah tertunduk setiap harinya. Jalan yang ia lalui sepertinya
telah memahami alasan ia di tatap setiap kali Perempuan Pe-Malu itu menuju
tempat tujuannya.
Trotoar
yang ramai tak mampu membuatnya berjalan tegap, sepertinya memang ia tak pernah
merasakan sakit pada lehernya. Menunduk, menunduk dan menunduk. Hanya itu yang
ia lakukan, sesekali menegakkan kepala saat ia di tanya.
Perempuan Pe-Malu itu
tidak pernah menyadari di sudut terminal dari trotoar yang ia lalui ada seorang
pria yang terus mengamati dan bertanya - tanya tiap harinya. Seperti apa
perempuan Pe-Malu tersebut, Kelainan pada daerah leherkah? Atau ada yang
Perempuan Pe-Malu itu sembunyikan dari wajahnya?
Pagi
itu, Pria di sudut terminal berkesempatan duduk di sebelah Perempuan Pe-Malu
itu. Dengan keberanian yang telah ia kumpulkan, pria itu memulai percakapan.
Dengan hati - hati ia mulai bertanya, "Bolehkah saya minta tolong?".
Tanpa di sangka, Perempuan Pe-Malu menegakan wajahnya. SubhanAllah, dalam hati
Pria tersebut bergumam. Perempuan Pe-Malu itu tak ada kelainan pada lehernya
dan tak ada yang salah pada wajahnya. Lantas apa gerangan yang membuat
Perempuan Pe-Malu itu menunduk setiap harinya?
Sungguh,
dia bukan Pe-Malu. Karena saat berada pada lingkaran kehidupannya ia adalah
perempuan tak tahu malu^^.
Terakhir,.
Yang
bisa menjawab pertanyaan pria di sudut terminal hanyalah jalan yang Perempuan Pe-Malu itu lalui. Pancaran
matanya, serta setiap do'a yang ia haturkan langsung ke bumi tidak lain tidak
bukan untuk lelaki yang selalu bersamanya menaiki bis X itu. He is Pria di
sudut terminal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar