Jumat, 21 Agustus 2015

Kepalaku Kelana

Kepalaku seringkali berkelana lebih jauh dari seharusnya.
Ia menerabas dimensi waktu, bahkan hingga lipatan janji-janji tua yang teronggok tanpa terpenuhi di lemari kaca.
Mengunjungi kamu yang masih brengsek dengan para perempuan resek,
atau ke ingatan di mana aku masih dicumbu sampai ringsek oleh kekasihku sampai becek.
Kadang kala ia akan pergi membungkus senja dengan nasi bungkus di sebuah laut pada suatu masa. Kemudian memakannya sesuap demi sesuap sampai menguap di atas karang bolong tempat ombak mati tak pernah sia-sia.
Kepalaku seringkali tak ke mana-mana.
Ia hanya memilah apa yang baru dilihatnya hari ini, kemudian mengandaikan perkara baru. Perkara-perkara yang tak ada namun cukup menggores luka dalam-dalam atau senyum bahagia dalam sekam.
Kepalaku seringkali berputar dari satu waktu ke waktu lain,
dari prasangka satu ke prasangka yang lain. Kemudian ia akan marah-marah sendiri, menuding-nuding dinding kening, atau cuma terkapar sunyi ditelan hening.
Kepalaku seringkali lebih ramai dari pasar malam,
dari doa-doa para pandita, gosip silih berganti para manusia, debu-debu jalan raya, para pengemis di trotoar kota, riuhnya ciuman kita, pun hujan-hujan yang mereka puisikan dengan agungnya.

Kepalaku seringkali menipu, ia tak perlu perona pipi atau gincu.
Cukup bersembunyi dibalik senyum tipis serta tatapan mataku,
sementara di dalam sana, ia tengah memporak porandakan kewarasanku.

Re-post dari Nitisamasta Mom's Blog :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar