Selasa, 05 Mei 2015

ASKEP HORDEOLUM (PENYAKIT KELOPAK MATA)

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Hampir setiap orang mengenai timbilen atau timbil yang dalam bahasa media disebut Hordeolum. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, mulai anak – anak hingga orang tua. Disebutkan bahwa angka kejadian pada usia dewasa lebih banyak dibandingkan anak - anak. Tidak ada perbedaan angka kejadian (insidens rate) antara wanita dengan pria. Adakalanya seseorang mudah banget mengalami timbilen (berulang). Ibaratnya, baru sembuh yang satu, kemudian muncul lagi timbil ditempat lain.
Hordeolum (stye) adalah infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata bagian atas maupun bagian bawah yang disebabkan bakteri, biasanya oleh kuman stafilokokus (Staphylococcus aureus).  Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, Zeiss, dan Moll.

B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin lebih memahami tentang :
1.    Bagaimana Konsep Medis dari Hordeolum ?
2.    Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hordeolum ?

C.   Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu :
1.    Penulis dan pembaca dapat memahami dan mengerti tentang Konsep Medis dari Hordeolum.
2.    Penulis dan pembaca mengerti dan mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hordeolum


BAB II
PEMBAHASAN
A.   Konsep Medis
1.    Definisi
Hordeolum adalah peradangan supuratif kelenjar pada kelopak mata (Meibon, Zeiss, atau Moll). (Arief Mansjoer,dkk)
Hordeolum adalah infeksi akut kelenjar di palpebra yang berisi material purulen yang menyebabkan nyeri tajam yang tumpul.
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.
Hordeolum yakni benjolan dikelopak mata yang disebabkan oleh peradangan di folikel atau kantong kelenjar yang sempit dan kecil yang terdapat di akar bulu mata. Bila terjadi di daerah ini, penyebab utamanya adalah infeksi akibat bakteri.

2.    Etiologi
Penyebabnya adalah peradangan muara kelenjar pada lapisan kelopak mata atas maupun bawah dimana terdapat produksi cairan yang berguna untuk fungsi air mata dan keringat. Apabila muara kelenjar itu tersumbat oleh kotoran seperti debu, make-up, dll, maka timbulah bintilan (hordeolum). Peradangan ini bisa terjadi tanpa atau dengan adanya infeksi bakteri. Bakterinya yaitu Staphylococcus Aureus atau Streptococcus.
Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90 – 95% kasus hordeolum. Hordeolum sama dengan jerawata pada kulit. Hordeolum kadang timbul bersamaan dengan atau sesudah blefaritis, hordeolum bisa timbul secara berulang.

3.    Manifestasi klinis
Tanda dan gejala hordeolum antara lain :
a.    Kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan menganjal, merah dan nyeri bila ditekan.
b.    Adanya pseudoptosis atau ptosis yang mengakibatkan kelopak sukar diangkat.
c.    Terjadinya pembesaran pada kelenjar preaurikel.
d.    Adanya abses yang dapat pecah dengan sendirinya.
e.    Mata terkadang berair.
f.     Peka terhadap cahaya terang dan penderita merasa ada sesuati di matanya.
g.    Ditengah daerah yang membengkak muncul bintik kecil yang berwarna kekuningan.

4.    Patofisiologi
Infeksi bakteri Staphylococcus pada kelenjar yang sempit dan kecil, biasanya menyerang kelenjar minyak (meibomian) dan akan mengakibatkan pembentukan abses (kantong nanah) kearah kulit kelopak dan konjungtiva biasanya disebut hordeolum internum. Apabila bakteri Staphylococcus menyerang kelenjar Zeiss atau Moll maka akan membentuk abses kearah kulit palpebra yang biasanya disebut hordeolum eksternum. Setelah itu terjadi pembentukan chalazion yakni benjolan di kelopak mata yang disebabkan peradangan di kelenjar minyak (meibom), baik karena infeksi maupun reaksi peradangan alergi.

5.    Pemeriksaan penunjang
Eversi (pembalikan) palpebra untuk memeriksa permukaan bawah palpebra superior dapat dilakukan bersama slitlamp atau tanpa bantuan alat ini. Pemeriksaan ini harus selalu dilakukan bila diduga ada benda asing. Setelah diberi anastesi lokal, pasien duduk didepan slitlamp dan diminta melihat kebawah. Pemeriksaan dengan hati – hati memegang bulu mata atas dengan jari telunjuk dan jempol sementara tangan yang lain meletakkan tangkai aplikator tepat diatas tepi superior tarsus. Palpebra dibalik dengan sedikit menekan aplikator kebawah, serentak dengan pengangkatan tepian bulu mata. Pasien dapat melihat kebawah, dan bulu mata ditahan dengan menekannya pada kulit diatas tepian orbita superior saat aplikator ditarik kembali. Konjungtiva tarsal kemudian diamati dengan pembesaran. Untuk mengembalikannya, tepian palpebra dengan lembut diusap kebawah sementara pasien melihat keatas

6.    Penatalaksanaan
a.    Penatalaksanaan Medis
-       Diberikan eritomisin 250 mg atau 125 – 250 mg dikloksasilin 4x/hari, dapat juga diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi staphylococcus dibagian tubuh lain maka sebaiknya diobati juga bersama – sama.
-       Pengangkatan bulu mata dapat memberikan jalan untuk drainase nanah.
-       Pemberian salep antibiotic pada saccus conjungtivalis setiap 3 jam. Antibiotic sistemik diindikasikan jika terjadi selulitis.
-       Antibiotic topical (salep, tetes mata), misalnya Gentamycin, Neomycin, Polymyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic Acid, dan lain – lain. Obat topical digunakan selama 7 – 10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama pada fase peradangan.
-       Antibiotic oral, misalnya Ampisillin, Amoxsicillin, Eritromisin, Doxycyclin. Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan antibiotic topical. Obat ini diberikan selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenis antibiotika oral hanya atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
-       Adapun dosis antibiotic pada anak ditentukan berdasarkan berat badan sesuai dengan masing – masing jenis antibiotic dan berat ringannya hordeolum.
-       Obat – obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk meredakan keluhan nyeri, misalnya: asetaminofen, asam mefenamat, ibuprofen dan sejenisnya.
-       Dilakukan insisi hordeolum untuk mengeluarkan nanah pada daerah abses dengan fluktuasi besar, jika keadaan tidak membaik selama 48 jam. Pada insisis hordeolum terlebih dahulu diberikan anastesi topical dengan patokain tetes mata. Dilakukan anastesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi :
·         Pada hordeolum internum insisi dilakukan pada konjungtiva, kearah muka dan tegak lurus terhadapnya (vertical) untuk menghindari banyaknya kelenjar – kelenjar yang terkena.
·         Pada hordeolum eksternum arah insisi horizontal sesuai dengan lipatan kulit.
Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang didalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotic.

b.    Penatalaksanaan Keperawatan
-       Kompres hangat selama 10 – 15 menit, 3 – 4 kali sehari sampai nanah keluar.
-       Bila tidak terjadi resorbsi dengan pengobatan konservatif dianjurkan insisi.
-       Perbaikan hygiene dapat mencegah infeksi kembali.
-       Berikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit, tanda dan gejala penyakit, pengobatan, dan penatalaksanaannya pada pasien.

B.   Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hordeolum
1.    Pengkajian
a.    Riwayat kesehatan:
-       Keluhan utama
-       Riwayat Kesehatan Sekarang
-       Riwayat Kesehatan dahulu
-       Kebiasaan social : jarang melakukan perawatan mata dan kebersihan mata

b.    Pemeriksaan Fisik
-       Inspeksi
Mata tampak kemerahan
Mata tampak bengkak atau edema, tampak warna kekuningan atau putih ditengah kulit atau kelopak mata yang bengkak
-       Palpasi
Rasa nyeri timbul saat kelopak mata disentuh atau ditekan
Ditemukan nodul kecil yang tak nyeri pada hordeolum intena.

c.    Pemeriksaan diagnostic
Ditegakkan sesuai dengan gejala

2.    Diagnosa Keperawatan
a.    Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d penurunan penglihatan akibat edema pada kelopak mata.
b.    Nyeri b.d inflamasi pada kelenjar meibomian, dan kelenjar zeiss / moll.
c.    Gangguan citra tubuh b.d perubahan bentuk kelopak mata yang mempengaruhi penampilan klien
d.    Resiko tinggi cedera b.d pembesaran kelopak mata
e.    Resiko tinggi penyebaran infeksi b.d kontak secret dengan mata sehat atau mata orang lain.

3.    Intervensi




No
Diagnosa Kep
Tujuan & Kriteria hasil
Intervensi
1
Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d penurunan penglihatan akibat edema pada kelopak mata.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam edema klien teratasi dengan kriteria hasil :
-       Edema hilang
-       Mata tidak memerah
-        Kaji adanya kemerahan pada mata, cairan eksudat, atau ulserasi
-       Instruksikan klien untuk tidak menyentuh matanya
-       Pindahkan kontak lensa apabila klien menggunakannya
-       Kolaborasikan dengan tim medis lain untuk pemberian obat tetes mata
2
Nyeri b.d inflamasi pada kelenjar meibomian, dan kelenjar zeiss / moll
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam, nyeri klien teratasi dengan kriteria hasil :
-       Nyeri terkontrol
-       Pus hilang

-        Kaji nyeri klien seperti lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, serta faktor presipitasinya
-       Observasi pada nyeri non verbal
-       Anjurkan klien untuk mengompres matanya dengan air hangat
-       Kolaborasikan dengan tim medis yang lain untuk menghilangkan nyeri pada mata klien
3
Gangguan citra tubuh b.d perubahan bentuk kelopak mata yang mempengaruhi penampilan klien

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam klien tidak mengalami gangguan dalam penarapan citra diri dengan kriteria hasil :
-       Body image positif
-       Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
-       Mendeskripsikan secara factual  perubahan fungsi tubuh
-       Mempertahankan interaksi sosial
-        Kaji pengetahuan klien tentang hordeolum, gejala, dan penyebabnya
-       Bantu klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang sakit yang dialaminya
-       Bantu klien untuk mengerti, memahami, dan menerima keadannya













4.    Implementasi
















BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
B.   Saran

















DAFTAR PUSTAKA

Cacoel Blog. 2011. Askep Hordeulum
Teknologi-cacoel06.blogspot.com/2011/01/askep-hordeulum.html
Cakmoki Blog. 2009. Hordeolum alias Timbilen
Cakmoki86.wordpress.com/2009/10/18/hordeolum-alias-timbilen/
Dedi misbahatori. 2013. Mengatasi Bintitan (Hordeolum) Secara Alami
Klinikpengobatanalami.wordpress.com/2013/09/06/mengatasi-bintitan-hordeolum-secara-alami/
Ickbal Azis. 2013. Askep Hordeolum
Hanyasekedarblogg.blogspot.com/2013/06/askep-hordeolum.html
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3;Jilid 1. FKUI.
              Media Aesculapius
Munahasrini. 2012. Askep Hordeolum
Munahasrini.wordpress.com/2012/04/13/askep-hordeolum/







 KRITIK DAN SARAN DI HALAM KOMENTAR SANGAT DIBUTUHKAN
SEMOGA BERMANFAAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar