Kamis, 14 Mei 2015

ASKEP KEGAWATDARURATAN "Trauma Abdomen"

BAB I
PENDAHULUAN

A.                 Latar Belakang
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang mencakup pelayanan bio-psiko-sosio dan spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga serta masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat(A.Potter, 2005).
Keperawatan pada dasarnya adalah human science and human care dan caring menyangkut upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya (waston, 1985).Adapun yang di sebut sebagai penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan pertolongan segera karena berada dalam keadaan yang mengancam nyawa, sehingga memerlukan suatu pertolongan yang cepat, tepat, dan cermat untuk mencegah kematian maupun kecacatan. Untuk memudahkan dalam pemberian pertolongan korban harus di klasifikasikan termasuk dalam kasus gawat darurat, darurat tidak gawat, tidak gawat tidak darurat dan meninggal (Kathlenn, 2012).
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera di mana pasien berada dalam ancaman kematian karena adanya gangguan hemodinamik adalah trauma abdomen di mana secara anatomi organ-organ yang berada di rongga abdomen adalah organ-organ pencernaaan. Selain trauma abdomen kasus-kasus kegawatdaruratan pada system pencernaan salah satunya perdarahan saluran cerna baik saluran bagian atas ataupun saluran cerna bagian bawah bila di biarkan tentu berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita perlu memahami penanganan kegawatdaruratan pada system pencernaan secara cepat, cermat, dan tepat sehingga hal-hal tersebut dapat kita hindari.
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja, trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan / penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (Smeltzer, 2001).
Kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul lainnya. Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen (Suratun & Lusianah. 2010)
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun tekhnik diagnostic baru sudah banyak di pakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnose dini di perlukan untuk pengelolaan secara optimal. Trauma masih merupakan penyebab kematian paling sering di empat dekade pertama kehidupan, dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di setiap negara (Gad et al,2012). Sepuluh persen dari kematian di seluruh dunia disebabkan oleh trauma. Diperkirakan bahwa pada tahun 2020, 8,4 juta orang akan meninggal setiap tahun karena trauma, dan trauma akibat kecelakaan lalu lintas jalan akan menjadi peringkat ketiga yang menyebabkan kecacatan di seluruh dunia dan peringkat kedua di negara berkembang. Di Indonesia tahun 2011 jumlah kecelakaan lalu lintas sebanyak 108.696 dengan korban meninggal sebanyak 31.195 jiwa (Fadhilakmal, 2013).

B.                 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.      Apa definisi dari Trauma abdomen ?
2.      Apa saja etiologi dari Trauma abdomen ?
3.      Bagaimanakah manifestasi klinis Trauma abdomen ?
4.      Bagaimanakah patofisiologi dari Trauma abdomen ?
5.      Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari Trauma abdomen?
6.      Bagaimana tindakan penatalaksanaan dari Trauma abdomen ?
7.      Bagaimana proses pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien penderita Trauma abdomen?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui pengertian dari trauma abdomen
2.      Untuk mengetahui etiologi dari trauma abdomen.
3.      Untuk mengetahui tanda dan gejala dari trauma abdomen.
4.      Untuk mengetahui patofisiologi dari trauma abdomen
5.      Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari trauma abdomen
6.      Untuk mengetahui tindakan penatalaksaan dari trauma abdomen.
7.      Untuk mengetahui proses pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien penderita trauma abdomen.

D.  Manfaat Penulisan
a)    Manfaat bagi Tim Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat karya ilmiah dan menambah wawasan khususnya tentang trauma abdomen dan ruang lingkupnya.

b)   Manfaat bagi pembaca
Menjadi bahan masukan dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan terutama mengenai konsep tentang trauma abdomen dan ruang lingkupnya dalam bidang kesehatan.













BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIS
1.      Definisi
Trauma adalah cedera fisik dan fisikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera.
Trauma abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologis sehingga terjadi gagguan metabolism, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.
Trauma abdomen didefiniskan sebagai kerusakan terhadap  struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk.
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat beru
pa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja, (Smeltzer, 2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi, (FKUI, 1995).
Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis yaitu :
1.      Trauma penetrasi
a.       Trauma tembak
b.      Trauma tumpul
2.      Trauma non penetrasi
a.       Kompresi
b.      Hancur akibat kecelakaans
c.       Sabuk pengaman
d.      Cedera akselerasi
2.      Etiologi
a.      Penyebab trauma penetrasi
1.      Luka akibat terkena tembakan
2.      Luka akibat tikaman benda tajam
3.      Luka akibat tusuka
b.      Penyebab trauma non penetrasi
1.      Trkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
2.      Hancur (tertabrak mobil)
3.      Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
4.      Cidera akselerasi atau deserasi karna kecelakaan olahraga

3.      Manifestasi Klinis
Trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis meliputi :
1.      Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul dibagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri spontan.
2.      Anorexia
3.      Apabila trauma terkena usus, maka mortilisasi usus terganggu sehingga fugs usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual muntah.
4.      Pada trauma peneterasi biasanya terdapat luka robekan pada abdomen, luka tusuk sampai menembus abdomen, dan perdarahan.
5.      Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) yang disebabkan oleh kehilanga darah dan tanda-tanda awal syok hemoragik.

4.      Patofisiologi
Jika terjadi trauma penetrasi atau non penetrasi kemungkinan terjadi pendarahan yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai penurua hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. Bila suatu organ fiseral mengalami perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tada-tanda iritasi peritonium cepat tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, yeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis umum. Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tanda peritonitis mungkin blum tampak. Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak has yang muncul. Bila terdapat  kecurigaan bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi harus dilakukan.


5.      Pemeriksaan Diagnostik
a.       Pemeriksaan foto thoraks ( rongten)
Foto rongten toraks tegak berguna untuk adanya trauma pada toraks.
b.      Uretrografi dilakukan untuk mengetahui adanya rupture uretra
c.       Sistografi  ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada kandung kencing, contohnya pada fraktur pelvis dan trauma non penetrasi.
d.      Diagnostic peritoneal lavage ( DPL ), DPL dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut.
e.       Abdominal paracentesis merupakan pemeriksaan yang sangat berguna untuk menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritenium.
f.       Ultrasound diagnostic ( USG ) Digunakan untuk evaluasi pasien dengan trauma tumpul abdomen. tujuannya untuk mencari cairan intraperitoneal bebas.

6.      Penatalaksanaan medis
a.       Abdominal paracentesis untuk menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium.
b.      Pemeriksaan laparoskopi untuk mengetahui secara langsung penyebab akut abdomen.
c.       Pemberian antibiotic mencegah infeksi
d.      Pemeriksaan NGT untuk memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen.
e.       Laparatomi

Phatway
 
























B. KONSEP KEPERAWATAN
              I.     Pengkajian
A.    Data Demografi
a)      Identitas klien
Meliputi nama,  tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, usia, alamat, no.telepon, agama, suku, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, ruangan dan sumber info.
b)      Penanggung jawab
Meliputi nama, alamat, usia, pendidikan, pekerjaan dan hubungan dengan klien.
B.     Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pada riwayat trauma abdomen, kaji keluhan utama yang biasa berupa rasa nyeri  yang hebat dan nyeri tekan pada bagian abdomen.
Untuk nyeri, kaji :
P (Provocative)                 : Kaji penyebab nyeri
Q (Quality)                        : Kaji kualitas nyeri yangdirasakan klien
R (Region)                         : Kaji bagian tulang yang terasa nyeri
S (Saverity)                        : Kaji skala nyeri yang dirasakan klien
T (Time)                             : Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan

C.     Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Kaji proses perkembangan di masa lalu dimana mungkin pasien pernah mengalami trauma pada abdomen.
D.    Riwayat Kesehatan Keluarga
             Kaji kondisi kesehatan anggota keluarga mungkin ada yang pernah. menderita trauma abdomen.
E.     Pemeriksaan Fisik
Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
Namun pada Pterigium, hanya tindakan inspeksi pada mata yang dilakukan.
ü Inspeksi :
Adakah jejas dan luka atau adanya organ luar,adakah distensi abdomen kemungkinan adanya perdarahan dalam cavum abdomen.
ü Palpasi
Adakah nyeri tekan dan pada quadran berapa.
ü  Perkusi
Adakah nyeri tekan dan kemungkinan adanya cairan/udara bebas dalam cavum abdomen.
ü Auskultasi
Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau menghilang.


                II.            Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

NO
Diagnosa
Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil
Intervensi
1
Nyeri b.d trauma /diskontinuitas
jaringan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan nyeri klien klien berkurang atau hilang, dengan kriteria hasil :
ü Klien mampu mengontrol nyeri
ü Klien melaporkan bahwa nyeri berkurang atau hilang
ü Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
ü Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10).
ü Berikan posisi yang nyaman kepada pasien dan hindari pergerakan yang dapat menimbulkan nyeri.
ü Berikan tehnik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri dengan jalam tarik napas panjang dan dikeluarkan secara perlahan – lahan.
ü Berikan aktivitas hiburan
ü Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
ü Kolaborasikan pemberian analgesik sesuai indikasi
2
Kekurangan volume cairan
b.d terputusnya pembuluh darah arteri / vena suatu jaringan ( organ abdomen ).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kekurangan volume cairan klien dapat tercapai dengan kriteria hasil :
ü Volume cairan tubuh teratasi.
ü Sirkulasi dinamik ( perdarahan) teratasi.
ü Perdarahan yang keluar terhenti
ü TTV dalam batas normal.

ü Kaji tentang cairan perdarahan yang keluar adakah gambaran klinik hipovolemik.
ü Observasi TTV dan kesadaran klien setiap 15 menit dan 30 menit.
ü Batasi pergerakan yang tidak berguna dan menambah perdarahan yang keluar.
ü Kolaborasi dengan tim medis dalam pelaksanaan pemberian infuse RL, tranfusi bila Hb kurang dari 8 %.

3
Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan fisik.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan hambatan mobilitas fisik klien dapat teratasi dengan criteria hasil :
ü Klien beraktifitas dengan baik.
ü Tidak ada gangguan mobilitas fisik.


ü Kaji kemampuan pasien untuk bergerak.
ü Berikan latihan gerak aktif pasif.
ü Bantu kebutuhan pasien.
ü Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan.
ü Ajarkan kepada pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan.
ü Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.

4
Resiko infeksi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi lagi resiko infeksi dengan criteria hasil hasil :
ü   Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
ü Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
ü Jumlah leukosit dalam batas normal.
ü Menunjukkan perilaku hidup sehat.

ü Monitor tanda dan gejala sistemik dan lokal.
ü  Monitor kerentangan terhadap infeksi.
ü Cuci tangan setiap sebelum dan  sesudah tindakan keperawatan.
ü Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi.
ü Ajarkan cara menghindari infeksi.

5
Ansietas b.d trauma abdomen yang di alamis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan ansietas berkurang atau hilang dengan kriteria hasil :
ü Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
ü Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tekhnik untuk mengontrol cemas
ü Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.
ü Gunakan pendekatan yang menenangkan
ü Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien
ü Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress
ü Dorong keluarga untuk menemani anak
ü Dengarkan dengan penuh perhatian
ü Identifikasi tingkat kecemasan















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja.
Prioritas keperawatan tertuju pada menghentikan perdarahan, menghilangkan/ mengurangi nyeri, menghilangkan cemas pasien, mencegah komplikasi dan memberikan informasi tentang penyakit dan kebutuhan pasien.
            Trauma abdomen biasay disebabkan karena luka tembakan yang menyebabkan kerusakan yang besar didalam rongga abdomen.gejala yang biasa timbul berupa  yeri tekan  pada abdomen dan terjadi perdarahan.
B.     Saran 
            Melalui kesimpulan diatas, adapun saran yang diajukkan oleh Tim Penulis adalah :
1.      Sebagai tenaga kesehatan yang lebih tahu tentang kesehatan, kita dapat menerapakan hidup sehat dengan menjaga kesehatan tubuh kita.
2.      Perawat harus melakukan tindakan asuhan keperawatan dengan baik pada pasien penderita trauma abdomen sehingga kesembuhan pasien dapat tercapai dengan baik
3.      Perawat maupun calon perawat harus memahami konsep dasar dari trauma abdomen dan ruang lingkupnya sehingga dalam proses memberikan asuhan keperawatan pada pasien penderita trauma abdomen dapat terlaksana dengan baik.


KRITIK & SARAN DIHALAMAN KOMENTAR SANGAT DIBUTUHKAN :)

1 komentar: