BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keperawatan merupakan suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang mencakup pelayanan
bio-psiko-sosio dan spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada
individu, keluarga serta masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat(A.Potter,
2005).
Keperawatan pada dasarnya adalah
human science and human care dan caring menyangkut upaya memperlakukan klien
secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya
(waston, 1985).Adapun yang di sebut sebagai penderita gawat darurat adalah
penderita yang memerlukan pertolongan segera karena berada dalam keadaan yang
mengancam nyawa, sehingga memerlukan suatu pertolongan yang cepat, tepat, dan
cermat untuk mencegah kematian maupun kecacatan. Untuk memudahkan dalam
pemberian pertolongan korban harus di klasifikasikan termasuk dalam kasus gawat
darurat, darurat tidak gawat, tidak gawat tidak darurat dan meninggal (Kathlenn,
2012).
Salah satu kasus gawat darurat yang
memerlukan tindakan segera di mana pasien berada dalam ancaman kematian karena
adanya gangguan hemodinamik adalah trauma abdomen di mana secara anatomi
organ-organ yang berada di rongga abdomen adalah organ-organ pencernaaan.
Selain trauma abdomen kasus-kasus kegawatdaruratan pada system pencernaan salah
satunya perdarahan saluran cerna baik saluran bagian atas ataupun saluran cerna
bagian bawah bila di biarkan tentu berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan
bisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita perlu memahami penanganan
kegawatdaruratan pada system pencernaan secara cepat, cermat, dan tepat
sehingga hal-hal tersebut dapat kita hindari.
Trauma abdomen adalah cedera pada
abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja,
trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau
tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan / penatalaksanaan lebih
bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (Smeltzer, 2001).
Kecelakaan atau trauma yang terjadi
pada abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan
kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan
kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau
benda tumpul lainnya. Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka
tembak yang menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka
tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka
tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen (Suratun &
Lusianah. 2010)
Insiden trauma abdomen meningkat
dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul
abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun tekhnik diagnostic baru sudah banyak
di pakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma tumpul abdomen masih
merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnose dini di perlukan untuk
pengelolaan secara optimal. Trauma masih merupakan penyebab kematian paling
sering di empat dekade pertama kehidupan, dan masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang utama di setiap negara (Gad et al,2012). Sepuluh persen dari
kematian di seluruh dunia disebabkan oleh trauma. Diperkirakan bahwa pada tahun
2020, 8,4 juta orang akan meninggal setiap tahun karena trauma, dan trauma
akibat kecelakaan lalu lintas jalan akan menjadi peringkat ketiga yang
menyebabkan kecacatan di seluruh dunia dan peringkat kedua di negara
berkembang. Di Indonesia tahun 2011 jumlah kecelakaan lalu lintas sebanyak
108.696 dengan korban meninggal sebanyak 31.195 jiwa (Fadhilakmal, 2013).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa definisi dari Trauma
abdomen ?
2. Apa saja etiologi dari Trauma
abdomen ?
3. Bagaimanakah manifestasi klinis Trauma
abdomen ?
4. Bagaimanakah patofisiologi dari Trauma
abdomen ?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik
dari Trauma abdomen?
6. Bagaimana tindakan penatalaksanaan
dari Trauma abdomen ?
7. Bagaimana proses
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien penderita Trauma abdomen?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari trauma abdomen
2.
Untuk mengetahui etiologi dari trauma abdomen.
3.
Untuk mengetahui tanda dan gejala dari trauma abdomen.
4.
Untuk mengetahui patofisiologi dari trauma abdomen
5.
Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik
dari trauma abdomen
6.
Untuk mengetahui tindakan penatalaksaan
dari trauma abdomen.
7.
Untuk mengetahui proses pelaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien penderita
trauma abdomen.
D. Manfaat
Penulisan
a)
Manfaat bagi Tim Penulis
Dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat karya ilmiah dan menambah
wawasan khususnya tentang trauma
abdomen
dan ruang lingkupnya.
b)
Manfaat bagi pembaca
Menjadi
bahan masukan dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan terutama mengenai konsep
tentang trauma abdomen dan ruang lingkupnya dalam bidang
kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONSEP MEDIS
1. Definisi
Trauma adalah
cedera fisik dan fisikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera.
Trauma abdomen
adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan
perubahan fisiologis sehingga terjadi gagguan metabolism, kelainan imonologi
dan gangguan faal berbagai organ.
Trauma abdomen
didefiniskan sebagai kerusakan terhadap
struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan
oleh luka tumpul atau yang menusuk.
Trauma
abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat beru
pa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja, (Smeltzer,
2001).
Trauma
perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa
tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat
kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi, (FKUI, 1995).
Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis
yaitu :
1.
Trauma penetrasi
a.
Trauma tembak
b.
Trauma tumpul
2.
Trauma non penetrasi
a.
Kompresi
b.
Hancur akibat kecelakaans
c.
Sabuk pengaman
d.
Cedera akselerasi
2. Etiologi
a. Penyebab trauma penetrasi
1. Luka akibat terkena tembakan
2. Luka akibat tikaman benda tajam
3. Luka akibat tusuka
b. Penyebab trauma non penetrasi
1.
Trkena
kompresi atau tekanan dari luar tubuh
2.
Hancur
(tertabrak mobil)
3.
Terjepit
sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
4.
Cidera
akselerasi atau deserasi karna kecelakaan olahraga
3.
Manifestasi Klinis
Trauma
abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis meliputi :
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri
sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul dibagian yang luka atau tersebar.
Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri spontan.
2. Anorexia
3. Apabila
trauma terkena usus, maka mortilisasi usus terganggu sehingga fugs usus tidak
normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual muntah.
4. Pada trauma
peneterasi biasanya terdapat luka robekan pada abdomen, luka tusuk sampai
menembus abdomen, dan perdarahan.
5. Penurunan
kesadaran (malaise, letargi, gelisah) yang disebabkan oleh kehilanga darah dan
tanda-tanda awal syok hemoragik.
4.
Patofisiologi
Jika terjadi trauma penetrasi atau non penetrasi
kemungkinan terjadi pendarahan yang serius, pasien akan memperlihatkan
tanda-tanda iritasi yang disertai penurua hitung sel darah merah yang akhirnya
gambaran klasik syok hemoragik. Bila suatu organ fiseral mengalami perforasi,
maka tanda-tanda perforasi, tada-tanda iritasi peritonium cepat tampak.
Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, yeri spontan,
nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi
peritonitis umum. Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan
peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tanda
peritonitis mungkin blum tampak. Pada fase awal perforasi kecil hanya
tanda-tanda tidak has yang muncul. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga abdomen, maka
operasi harus dilakukan.
5. Pemeriksaan
Diagnostik
a. Pemeriksaan
foto thoraks ( rongten)
Foto rongten toraks tegak berguna
untuk adanya trauma pada toraks.
b. Uretrografi
dilakukan untuk mengetahui adanya rupture uretra
c. Sistografi ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
cedera pada kandung kencing, contohnya pada fraktur pelvis dan trauma non
penetrasi.
d. Diagnostic
peritoneal lavage ( DPL ), DPL dapat membantu menemukan adanya darah atau
cairan usus dalam rongga perut.
e. Abdominal
paracentesis merupakan pemeriksaan yang sangat berguna untuk menentukan adanya
perdarahan dalam rongga peritenium.
f. Ultrasound
diagnostic ( USG ) Digunakan untuk evaluasi pasien dengan trauma tumpul
abdomen. tujuannya untuk mencari cairan intraperitoneal bebas.
6. Penatalaksanaan medis
a. Abdominal
paracentesis untuk menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium.
b. Pemeriksaan
laparoskopi untuk mengetahui secara langsung penyebab akut abdomen.
c. Pemberian
antibiotic mencegah infeksi
d. Pemeriksaan NGT
untuk memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen.
e. Laparatomi
Phatway
B. KONSEP KEPERAWATAN
I. Pengkajian
A. Data Demografi
a)
Identitas
klien
Meliputi
nama, tempat dan tanggal lahir, jenis
kelamin, usia, alamat, no.telepon, agama, suku, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, lama bekerja, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, ruangan dan
sumber info.
b)
Penanggung
jawab
Meliputi
nama, alamat, usia, pendidikan, pekerjaan dan hubungan dengan klien.
B. Riwayat
Kesehatan Saat Ini
Pada riwayat trauma abdomen, kaji keluhan
utama yang biasa berupa rasa
nyeri yang hebat dan nyeri tekan pada
bagian abdomen.
Untuk nyeri, kaji :
P (Provocative) : Kaji penyebab nyeri
Q (Quality) : Kaji kualitas nyeri yangdirasakan klien
R (Region) : Kaji bagian tulang yang terasa nyeri
S (Saverity) : Kaji skala
nyeri yang dirasakan klien
T (Time) : Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan
C. Riwayat
Kesehatan Masa Lalu
Kaji proses perkembangan di masa lalu dimana mungkin pasien pernah mengalami trauma pada abdomen.
D.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji kondisi kesehatan anggota
keluarga mungkin ada yang pernah.
menderita trauma abdomen.
E.
Pemeriksaan
Fisik
Head to
toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
Namun pada Pterigium, hanya tindakan inspeksi pada
mata yang dilakukan.
ü Inspeksi
:
Adakah jejas dan
luka atau adanya organ luar,adakah distensi abdomen kemungkinan adanya
perdarahan dalam cavum abdomen.
ü Palpasi
Adakah
nyeri tekan dan pada quadran berapa.
ü Perkusi
Adakah
nyeri tekan dan kemungkinan adanya cairan/udara bebas dalam cavum abdomen.
ü Auskultasi
Kemungkinan
adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau menghilang.
II.
Diagnosa
dan Intervensi Keperawatan
NO
|
Diagnosa
|
Rencana
Tindakan Keperawatan
|
|
Tujuan
dan Kriteria hasil
|
Intervensi
|
||
1
|
Nyeri b.d trauma /diskontinuitas
jaringan.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan nyeri klien
klien berkurang atau hilang, dengan kriteria hasil :
ü Klien mampu mengontrol nyeri
ü Klien melaporkan bahwa nyeri
berkurang atau hilang
ü Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
|
ü Kaji nyeri, catat lokasi,
karakteristik, beratnya (skala 0-10).
ü Berikan
posisi yang nyaman kepada pasien dan hindari pergerakan yang dapat
menimbulkan nyeri.
ü Berikan
tehnik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri dengan jalam tarik napas panjang
dan dikeluarkan secara perlahan – lahan.
ü Berikan aktivitas hiburan
ü Kontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan.
ü Kolaborasikan pemberian analgesik
sesuai indikasi
|
2
|
Kekurangan volume cairan
b.d terputusnya pembuluh darah
arteri / vena suatu jaringan ( organ abdomen ).
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kekurangan
volume cairan klien
dapat
tercapai dengan kriteria hasil :
ü Volume
cairan tubuh teratasi.
ü Sirkulasi
dinamik ( perdarahan) teratasi.
ü Perdarahan
yang keluar terhenti
ü TTV dalam
batas normal.
|
ü Kaji
tentang cairan perdarahan yang keluar adakah gambaran klinik hipovolemik.
ü Observasi
TTV dan kesadaran klien setiap 15 menit dan 30 menit.
ü Batasi
pergerakan yang tidak berguna dan menambah perdarahan yang keluar.
ü Kolaborasi
dengan tim medis dalam pelaksanaan pemberian infuse RL, tranfusi bila Hb
kurang dari 8 %.
|
3
|
Hambatan mobilitas fisik b.d
kelemahan fisik.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan hambatan
mobilitas fisik klien dapat teratasi dengan criteria hasil :
ü Klien
beraktifitas dengan baik.
ü Tidak ada
gangguan mobilitas fisik.
|
ü Kaji
kemampuan pasien untuk bergerak.
ü Berikan
latihan gerak aktif pasif.
ü Bantu
kebutuhan pasien.
ü Dampingi
dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan.
ü Ajarkan
kepada pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan.
ü Kolaborasi
dengan ahli fisioterapi.
|
4
|
Resiko infeksi
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak
terjadi lagi resiko infeksi dengan criteria hasil hasil :
ü Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
ü Menunjukkan
kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
ü Jumlah
leukosit dalam batas normal.
ü Menunjukkan
perilaku hidup sehat.
|
ü Monitor
tanda dan gejala sistemik dan lokal.
ü Monitor kerentangan terhadap infeksi.
ü Cuci
tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
ü Ajarkan
pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi.
ü Ajarkan
cara menghindari infeksi.
|
5
|
Ansietas b.d trauma abdomen yang
di alamis
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan ansietas
berkurang atau hilang
dengan kriteria hasil :
ü Klien
mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
ü Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan menunjukkan tekhnik untuk mengontrol cemas
ü Postur
tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan.
|
ü Gunakan pendekatan yang
menenangkan
ü Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap perilaku pasien
ü Pahami perspektif pasien terhadap
situasi stress
ü Dorong keluarga untuk menemani
anak
ü Dengarkan dengan penuh perhatian
ü Identifikasi tingkat kecemasan
|
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa
trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja.
Prioritas keperawatan tertuju pada menghentikan perdarahan, menghilangkan/ mengurangi nyeri, menghilangkan cemas pasien, mencegah komplikasi dan memberikan informasi tentang penyakit dan kebutuhan pasien.
Prioritas keperawatan tertuju pada menghentikan perdarahan, menghilangkan/ mengurangi nyeri, menghilangkan cemas pasien, mencegah komplikasi dan memberikan informasi tentang penyakit dan kebutuhan pasien.
Trauma
abdomen biasay disebabkan karena luka tembakan yang menyebabkan kerusakan yang
besar didalam rongga abdomen.gejala yang biasa timbul berupa yeri tekan
pada abdomen dan terjadi perdarahan.
B. Saran
Melalui
kesimpulan diatas, adapun saran yang diajukkan oleh Tim Penulis adalah :
1. Sebagai tenaga kesehatan yang lebih
tahu tentang kesehatan, kita dapat menerapakan hidup sehat dengan
menjaga kesehatan
tubuh kita.
2. Perawat harus melakukan tindakan asuhan keperawatan dengan baik pada
pasien penderita trauma abdomen sehingga kesembuhan pasien dapat tercapai dengan baik
3. Perawat maupun calon perawat harus memahami konsep dasar dari trauma abdomen dan ruang lingkupnya sehingga
dalam proses memberikan asuhan keperawatan pada pasien penderita trauma abdomen dapat terlaksana dengan baik.
KRITIK & SARAN DIHALAMAN KOMENTAR SANGAT DIBUTUHKAN :)
TAK ADA DAFTAR PUSTAKANYA . . .
BalasHapus