Selasa, 05 Mei 2015

ASKEP KEGAWATDARURATAN "Keracunan Asetaminofen


BAB II
KONSEP MEDIK

A.    Pengertian

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.

Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.

Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP) . Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas. (Lusiana Darsono 2002).

B.     Etiologi

Penyakit overdosis acetaminophen terutama kerusakan hati. Acetaminophen terutama dimetabolisme oleh hati. Terlalu banyak acetaminophen dapat membanjiri hati.

Pada hati yang sudah rusak karena infeksi, penyalahgunaan alkohol, atau penyakit lainnya, seseorang mungkin lebih rentan terhadap kerusakan dari overdosis acetaminophen. Untuk alasan ini, orang dengan penyakit hati kronis atau orang yang mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar harus berhati-hati saat mengambil acetaminophen dan harus berkonsultasi dengan dokter mereka sebelum mengambil senyawa sasetaminofen.

US Food and Drug Administration (FDA) saat ini merekomendasikan bahwa siapa pun mengkonsumsi lebih dari tiga minuman beralkohol per hari seharusnya tidak mengambil acetaminophen atau obat nyeri yang dijual bebas.

Penggunaan jangka panjang dari acetaminophen dalam dosis yang dianjurkan belum terbukti berbahaya bagi hati, walaupun digabung dengan moderat (sekitar satu minuman) beralkohol per hari.

C.    Manifestasi Klinis

Segera setelah mengambil overdosis asetaminofen, orang tersebut mungkin tidak memiliki gejala dari mengambil jumlah yang beracun. Mereka mungkin tetap bebas dari gejala sampai 24 jam setelah mengambil overdosis acetaminophen beracun.

Setelah periode awal ini, gejala berikut yang umum terjadi pada keracunan acetaminophen (Tylenol):
·         Mual
·         Muntah
·         Tidak enak badan
·         Tidak bisa makan atau nafsu makan yang buruk

D.    Patofisiologi

Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin juga terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak. Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok,asidemia,dan hipoksia.

E.      Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis pada keracunan diperoleh melalui analisis laboratorium. Bahan analisis dapat berasal dari bahan cairan,cairan lambung atau urin.


F.     Komplikasi

Kejang,Koma,Henti jantung,Henti napas,Syok

G.    Penatalaksanaan

Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal telah atau mungkin telah diambil overdosis asetaminofen, mengambil tindakan cepat dan melakukan hal berikut :
·         Jika orang tersebut tidak sadar atau tidak bernapas, harus segera menelepon pelayanan medis darurat.
·         Jika orang tersebut terjaga dan bernapas tanpa gejala, menelepon pusat kendali racun local.
·         Jika orang tersebut terjaga dan bernapas dengan beberapa gejala, orang tersebut harus segera di bawa ke UGD.
Informasi berikut sangat membantu bagi tenaga medis dan ahli pengendalian racun:
·         Semua obat yang telah diminum, baik resep dan obat bukan resep (botol didekat orang tersebut)
·         Semua obat yang tersedia di rumah, resep dan yang tidak diresesepkan
·         Waktu orang tersebut minum obat
·         Setiap obat terlarang atau "meminjam" obat orang lain.

Ø  Pengobatan Keracunan Acetaminophen

Pengobatan di gawat darurat tergantung pada kondisi orang dan setiap obat lain yang diambil.

Jika seseorang diduga diambil overdosis tetapi tidak memiliki gejala, dokter mungkin mulai perawatan berikut:

·         Pengosongan lambung: Dalam sedikit kasus di mana seseorang datang ke rumah sakit beberapa menit setelah minum overdosis, dokter mungkin mencoba untuk mengosongkan perut. Hal ini dapat dicapai dengan menginduksi muntah atau dengan menempatkan sebuah tabung besar melalui mulut seseorang dan masuk ke perut, memasukkan cairan kedalam perut kemudian memompa keluar (gastric lavage).
·         N-acetylcysteine (NAC): NAC adalah penawar untuk racun acetaminophen overdosis. Hal ini umumnya diberikan melalui mulut. Obat memiliki bau busuk, tetapi dapat dicampur dengan jus atau perasa lain untuk membuat rasanya lebih baik. Jika orang tersebut tidak dapat mengambil NAC melalui mulut, tabung dapat ditempatkan melalui mulut dan masuk ke perut untuk membantu administrasinya. Jika pemberian NAC dengan metode ini tidak mungkin, dokter mungkin memilih untuk memberikan melalui pembuluh darah (IV). NAC umumnya diberikan pada 20-72 jam.
·         Arang aktif: Arang aktif dapat diberikan melalui mulut untuk mengikat obat yang tersisa di saluran pencernaan

I.       Asuhan Keperawatan

A.    Pengkajian

Pengkajian difokusakan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa,adanya gangguan asam basa,keadaan status jantung,status kesadran.

Riwayat kesadaran : riwayat keracunan,bahan racun yang digunakan,berapa lama diketahui setelah keracunan,ada masalah lain sebagi pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.

Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder. Tahapan kegiatan meliputi :

·         A: Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai control servikal.
·         B: Breathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi adekwat.
·         C: Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan.
·         D: Disability, mengecek status neurologis
·         E: Exposure, enviromental control, buka baju penderita, tapi cegah hipotermia.
Survei primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang mengancam nyawa pasien. Survei primer dilakukan secara sekuensial sesuai dengan prioritas. Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan dalam tempo waktu yang singkat (kurang dari 10 detik). Apabila teridentifikasi henti nafas dan henti jantung maka resusitasi harus segera dilakukan.
Apabila menemukan pasien dalam keadaan tidak sadar maka pertama kali amankan lingkungan pasien atau bila memungkinkan pindahkan pasien ke tempat yang aman. Selanjutnya posisikan pasien ke dalam posisi netral (terlentang) untuk memudahkan pertolongan.
Penilaian airway dan breathing dapat dilakukan dengan satu gerakan dalam waktu yang singkat dengan metode LLF (look, listen dan feel).

AIRWAY
Jalan nafas adalah yang pertama kali harus dinilai untuk mengkaji kelancaran nafas. Keberhasilan jalan nafas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses ventilasi (pertukaran gas antara atmosfer dengan paru-paru. Jalan nafas seringkali mengalami obstruksi akibat benda asing, serpihan tulang akibat fraktur pada wajah, akumulasi sekret dan jatuhnya lidah ke belakang.
Selama memeriksa jalan nafas harus melakukan kontrol servikal, barangkali terjadi trauma pada leher. Oleh karena itu langkah awal untuk membebaskan jalan nafas adalah dengan melakukan manuver head tilt dan chin lift seperti pada gambar di bawah ini :
Data yang berhubungan dengan status jalan nafas adalah :
·      sianosis (mencerminkan hipoksemia)
·      retraksi interkota (menandakan peningkatan upaya nafas)
·      pernafasan cuping hidung
·      bunyi nafas abnormal (menandakan ada sumbatan jalan nafas)
·      tidak adanya hembusan udara (menandakan obstuksi total jalan nafas atau henti nafas)
BREATHING
Kebersihan jalan nafas tidak menjamin bahwa pasien dapat bernafas secara adekwat. Inspirasi dan eksprasi penting untuk terjadinya pertukaran gas, terutama masuknya oksigen yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Inspirasi dan ekspirasi merupakan tahap ventilasi pada proses respirasi. Fungsi ventilasi mencerminkan fungsi paru, dinding dada dan diafragma. Pengkajian pernafasan dilakukan dengan mengidentifikasi :
·      pergerakan dada
·      adanya bunyi nafas
·      adanya hembusan/aliran udara
CIRCULATION
Sirkulasi yang adekwat menjamin distribusi oksigen ke jaringan dan pembuangan karbondioksida sebagai sisa metabolisme. Sirkulasi tergantung dari fungsi sistem kardiovaskuler. Status hemodinamik dapat dilihat dari :
·      tingkat kesadaran
·      nadi
·      warna kulit
Pemeriksaan nadi dilakukan pada arteri besar seperti pada arteri karotis dan arteri femoral.
B.     Diagnosa Keperawatan

1.      Ketidakefektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan
2.      Resiko kekurangan volume cairan tubuh.
3.      Penurunan kesadaran  berhubungan dengan depresi sistem saraf  pusat
4.      Ansietas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping individu.

C.    Intervensi
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil
NIC

ketidakefektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan

Tujuan : Mempertahankan  pola napas tetap efektif

·         Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien dalam menentukan tindakan selanjutnya
·         Berikan O2 sesuai anjuran dokter
Rasional : Terapi oksigen meningkatkan suplai oksigen ke jantung
·         Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen(ventilator) dan lakukan suction.
Rasional :  Ventilator bisa membantu memperbaiki depresi jalan napas
·         Berikan kenyamanan dan istirahat pada pasien dengan memberikan asuhan keperawatan individual
Rasional : Kenyamanan fisik akan memperbaiki kesejahteraan pasien dan mengurangi kecemasan,istirahat mengurangi komsumsi oksigen miokard


Resiko kekurangan volume cairan tubuh.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 kekurangan volume cairan pasien dapt teratasi dengan
Kriteria Hasil:
ü Tekanan darah, suhu tubuh dalam batas normal.
ü Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
·         Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
·         Monitor status hidrasi (kelembapan membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik). Jika diperlukan
·         Monitor vital sign
·         Monitor status nutrisi
·         Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian
·         Kolaborasikan  pemberian cairan IV
·         Kolaborasi dengan dokter

Penurunan kesadaran  berhubungan dengan depresi sistem saraf  pusat

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan dapat  mempertahankan tingkat kesadaran klien (komposmentis)

·         Monitor vital sign tiap 15 menit
Rasional : bila ada perubahan yang bermakna merupakan indikasi penurunan kesadaran
·         Catat tingkat kesadaran pasien
Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak.
·         Kaji adanya tanda-tanda distress pernapasan,nadi cepat,sianosis dan kolapsnya pembuluh darah
Rasional : Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru.
·         Monitor adanya perubahan tingkat kesadaran
Rasioanal : Tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup, meliputi resusitasi : Airway, breathing, sirkulasi
·         Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti dotum
Rasional : Anti dotum (penawar racun) dapat membantu mengakumulasi penumpukan racun

Ansietas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping individu.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan pasien dapat teratasi dengan
Kriteria hasil:
ü Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
ü Vital sign dalam keadaan normal
·         Gunakan pendekatan yang menenangkan
·         Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
·         Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
·         Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
·         Dengarkan dengan penuh perhatian
·         Identifikasi tingkat kecemasan
·         Bantu pasien mengenai situasi yang menimbulkan kecemasan
·         Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
                                                                                                    
D.    Implementasi
Diagnosa keperawatan
Implementasi
ketidakefektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan

·         Mengobservasi tanda-tanda vital.
·         Memberikan O2 sesuai anjuran dokter
·         Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen(ventilator) dan lakukan suction.
·         Memberikan kenyamanan dan istirahat pada pasien dengan memberikan asuhan keperawatan individual

Resiko kekurangan volume cairan tubuh.

·         Mepertahankan catatan intake dan output yang akurat
·         Memonitor status hidrasi (kelembapan membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik). Jika diperlukan
·         Memonitor vital sign
·         Memonitor status nutrisi
·         Memonitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian
·         Mengkolaborasikan  pemberian cairan IV
·         Mengkolaborasi dengan dokter
Penurunan kesadaran  berhubungan dengan depresi sistem saraf  pusat

·         Memonitor vital sign tiap 15 menit
·         Mencatat tingkat kesadaran pasien
·         Mengkaji adanya tanda-tanda distress pernapasan,nadi cepat,sianosis dan kolapsnya pembuluh darah
·         Memonitor adanya perubahan tingkat kesadaran
·         Mengkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti dotum

Ansietas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping individu.
·         Mengunakan pendekatan yang menenangkan
·         Menyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
·         Menjelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
·         Menemani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
·         Mendengarkan dengan penuh perhatian
·         Mengidentifikasi tingkat kecemasan
·         Membantu pasien mengenai situasi yang menimbulkan kecemasan
·         Memberikan obat untuk mengurangi kecemasan


KRITIK DAN SARAN SANGAT DIBUTUHKAN DIHALAMAN KOMENTAR
SEMOGA BERMANFAAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar