BAB II
KONSEP MEDIK
A.
Pengertian
Intoksikasi
atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracunan
adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke
dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru,
hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam
organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya
sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.
Parasetamol
(asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja
menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP) .
Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan
tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam
sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas. (Lusiana Darsono
2002).
B.
Etiologi
Penyakit
overdosis acetaminophen terutama kerusakan hati. Acetaminophen terutama
dimetabolisme oleh hati. Terlalu banyak acetaminophen dapat membanjiri hati.
Pada
hati yang sudah rusak karena infeksi, penyalahgunaan alkohol, atau penyakit
lainnya, seseorang mungkin lebih rentan terhadap kerusakan dari overdosis
acetaminophen. Untuk alasan ini, orang dengan penyakit hati kronis atau orang
yang mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar harus berhati-hati saat mengambil
acetaminophen dan harus berkonsultasi dengan dokter mereka sebelum mengambil
senyawa sasetaminofen.
US
Food and Drug Administration (FDA) saat ini merekomendasikan bahwa siapa pun
mengkonsumsi lebih dari tiga minuman beralkohol per hari seharusnya tidak
mengambil acetaminophen atau obat nyeri yang dijual bebas.
Penggunaan
jangka panjang dari acetaminophen dalam dosis yang dianjurkan belum terbukti
berbahaya bagi hati, walaupun digabung dengan moderat (sekitar satu minuman)
beralkohol per hari.
C.
Manifestasi Klinis
Segera
setelah mengambil overdosis asetaminofen, orang tersebut mungkin tidak memiliki
gejala dari mengambil jumlah yang beracun. Mereka mungkin tetap bebas dari
gejala sampai 24 jam setelah mengambil overdosis acetaminophen beracun.
Setelah
periode awal ini, gejala berikut yang umum terjadi pada keracunan acetaminophen
(Tylenol):
·
Mual
·
Muntah
·
Tidak enak badan
·
Tidak bisa makan atau
nafsu makan yang buruk
D.
Patofisiologi
Penyebab
terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat penurunan
tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin juga
terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah
perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak. Hipotensi
yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan
kerusakan ginjal, hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu
tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem
saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat
syok,asidemia,dan hipoksia.
E.
Pemeriksaan
Penunjang
Diagnosis pada keracunan
diperoleh melalui analisis laboratorium. Bahan analisis dapat berasal dari
bahan cairan,cairan lambung atau urin.
F.
Komplikasi
Kejang,Koma,Henti
jantung,Henti napas,Syok
G.
Penatalaksanaan
Jika
Anda atau seseorang yang Anda kenal telah atau mungkin telah diambil overdosis
asetaminofen, mengambil tindakan cepat dan melakukan hal berikut :
·
Jika orang tersebut
tidak sadar atau tidak bernapas, harus segera menelepon pelayanan medis
darurat.
·
Jika orang tersebut
terjaga dan bernapas tanpa gejala, menelepon pusat kendali racun local.
·
Jika orang tersebut
terjaga dan bernapas dengan beberapa gejala, orang tersebut harus segera di
bawa ke UGD.
Informasi berikut sangat membantu bagi tenaga medis
dan ahli pengendalian racun:
·
Semua obat yang telah
diminum, baik resep dan obat bukan resep (botol didekat orang tersebut)
·
Semua obat yang
tersedia di rumah, resep dan yang tidak diresesepkan
·
Waktu orang tersebut
minum obat
·
Setiap obat terlarang
atau "meminjam" obat orang lain.
Ø Pengobatan
Keracunan Acetaminophen
Pengobatan
di gawat darurat tergantung pada kondisi orang dan setiap obat lain yang
diambil.
Jika
seseorang diduga diambil overdosis tetapi tidak memiliki gejala, dokter mungkin
mulai perawatan berikut:
·
Pengosongan lambung:
Dalam sedikit kasus di mana seseorang datang ke rumah sakit beberapa menit
setelah minum overdosis, dokter mungkin mencoba untuk mengosongkan perut. Hal
ini dapat dicapai dengan menginduksi muntah atau dengan menempatkan sebuah
tabung besar melalui mulut seseorang dan masuk ke perut, memasukkan cairan
kedalam perut kemudian memompa keluar (gastric lavage).
·
N-acetylcysteine (NAC):
NAC adalah penawar untuk racun acetaminophen overdosis. Hal ini umumnya
diberikan melalui mulut. Obat memiliki bau busuk, tetapi dapat dicampur dengan
jus atau perasa lain untuk membuat rasanya lebih baik. Jika orang tersebut
tidak dapat mengambil NAC melalui mulut, tabung dapat ditempatkan melalui mulut
dan masuk ke perut untuk membantu administrasinya. Jika pemberian NAC dengan
metode ini tidak mungkin, dokter mungkin memilih untuk memberikan melalui
pembuluh darah (IV). NAC umumnya diberikan pada 20-72 jam.
·
Arang aktif: Arang
aktif dapat diberikan melalui mulut untuk mengikat obat yang tersisa di saluran
pencernaan
I.
Asuhan
Keperawatan
A.
Pengkajian
Pengkajian
difokusakan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi yang
mengancam jiwa,adanya gangguan asam basa,keadaan status jantung,status
kesadran.
Riwayat
kesadaran : riwayat keracunan,bahan racun yang digunakan,berapa lama diketahui
setelah keracunan,ada masalah lain sebagi pencetus keracunan dan sindroma
toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
Pertolongan
kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan survei
primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup pasien,
barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder. Tahapan kegiatan meliputi :
·
A: Airway, mengecek
jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai control servikal.
·
B: Breathing, mengecek
pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi adekwat.
·
C: Circulation,
mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan.
·
D: Disability, mengecek
status neurologis
·
E: Exposure,
enviromental control, buka baju penderita, tapi cegah hipotermia.
Survei primer bertujuan mengetahui dengan segera
kondisi yang mengancam nyawa pasien. Survei primer dilakukan secara sekuensial
sesuai dengan prioritas. Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan
dalam tempo waktu yang singkat (kurang dari 10 detik). Apabila teridentifikasi
henti nafas dan henti jantung maka resusitasi harus segera dilakukan.
Apabila menemukan pasien dalam keadaan tidak sadar
maka pertama kali amankan lingkungan pasien atau bila memungkinkan pindahkan
pasien ke tempat yang aman. Selanjutnya posisikan pasien ke dalam posisi netral
(terlentang) untuk memudahkan pertolongan.
Penilaian airway dan breathing dapat dilakukan
dengan satu gerakan dalam waktu yang singkat dengan metode LLF (look, listen
dan feel).
AIRWAY
Jalan nafas adalah yang pertama kali harus dinilai
untuk mengkaji kelancaran nafas. Keberhasilan jalan nafas merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi proses ventilasi (pertukaran gas antara atmosfer
dengan paru-paru. Jalan nafas seringkali mengalami obstruksi akibat benda
asing, serpihan tulang akibat fraktur pada wajah, akumulasi sekret dan jatuhnya
lidah ke belakang.
Selama memeriksa jalan nafas harus melakukan kontrol
servikal, barangkali terjadi trauma pada leher. Oleh karena itu langkah awal
untuk membebaskan jalan nafas adalah dengan melakukan manuver head tilt dan
chin lift seperti pada gambar di bawah ini :
Data
yang berhubungan dengan status jalan nafas adalah :
·
sianosis (mencerminkan
hipoksemia)
·
retraksi interkota
(menandakan peningkatan upaya nafas)
·
pernafasan cuping
hidung
·
bunyi nafas abnormal
(menandakan ada sumbatan jalan nafas)
·
tidak adanya hembusan
udara (menandakan obstuksi total jalan nafas atau henti nafas)
BREATHING
Kebersihan jalan nafas tidak menjamin bahwa pasien
dapat bernafas secara adekwat. Inspirasi dan eksprasi penting untuk terjadinya
pertukaran gas, terutama masuknya oksigen yang diperlukan untuk metabolisme
tubuh. Inspirasi dan ekspirasi merupakan tahap ventilasi pada proses respirasi.
Fungsi ventilasi mencerminkan fungsi paru, dinding dada dan diafragma. Pengkajian
pernafasan dilakukan dengan mengidentifikasi :
·
pergerakan dada
·
adanya bunyi nafas
·
adanya hembusan/aliran
udara
CIRCULATION
Sirkulasi yang adekwat menjamin distribusi oksigen
ke jaringan dan pembuangan karbondioksida sebagai sisa metabolisme. Sirkulasi
tergantung dari fungsi sistem kardiovaskuler. Status hemodinamik dapat dilihat
dari :
·
tingkat kesadaran
·
nadi
·
warna kulit
Pemeriksaan
nadi dilakukan pada arteri besar seperti pada arteri karotis dan arteri femoral.
B.
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifnya pola nafas
berhubungan dengan distress pernapasan
2. Resiko
kekurangan volume cairan tubuh.
3. Penurunan
kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
4. Ansietas
berhubungan dengan Tidak efektifnya koping individu.
C.
Intervensi
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan criteria
hasil
|
NIC
|
|
ketidakefektifnya
pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan
|
Tujuan : Mempertahankan pola napas tetap efektif
|
·
Observasi tanda-tanda
vital.
Rasional
: Untuk mengetahui keadaan umum pasien dalam menentukan tindakan selanjutnya
·
Berikan O2 sesuai anjuran
dokter
Rasional
: Terapi oksigen meningkatkan suplai oksigen ke jantung
·
Jika pernafasan depresi
,berikan oksigen(ventilator) dan lakukan suction.
Rasional
: Ventilator bisa membantu memperbaiki depresi jalan napas
·
Berikan kenyamanan dan
istirahat pada pasien dengan memberikan asuhan keperawatan individual
Rasional
: Kenyamanan fisik akan memperbaiki kesejahteraan pasien dan mengurangi
kecemasan,istirahat mengurangi komsumsi oksigen miokard
|
|
Resiko kekurangan
volume cairan tubuh.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24
kekurangan volume cairan pasien dapt teratasi dengan
Kriteria Hasil:
ü Tekanan
darah, suhu tubuh dalam batas normal.
ü Tidak
ada tanda-tanda dehidrasi
|
·
Pertahankan catatan
intake dan output yang akurat
·
Monitor status hidrasi
(kelembapan membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik). Jika
diperlukan
·
Monitor vital sign
·
Monitor status nutrisi
·
Monitor masukan makanan/
cairan dan hitung intake kalori harian
·
Kolaborasikan pemberian cairan IV
·
Kolaborasi dengan dokter
|
|
Penurunan
kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
|
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan
dapat mempertahankan tingkat kesadaran klien (komposmentis)
|
·
Monitor vital sign tiap 15
menit
Rasional
: bila ada perubahan yang bermakna merupakan indikasi penurunan kesadaran
·
Catat tingkat kesadaran
pasien
Rasional
: Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak.
·
Kaji adanya tanda-tanda
distress pernapasan,nadi cepat,sianosis dan kolapsnya pembuluh darah
Rasional
: Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal,
jantung dan paru.
·
Monitor adanya perubahan
tingkat kesadaran
Rasioanal
: Tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup, meliputi resusitasi :
Airway, breathing, sirkulasi
·
Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian anti dotum
Rasional
: Anti dotum (penawar racun) dapat membantu mengakumulasi penumpukan racun
|
|
Ansietas berhubungan
dengan Tidak efektifnya koping individu.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan pasien
dapat teratasi dengan
Kriteria hasil:
ü Klien
mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
ü Vital
sign dalam keadaan normal
|
·
Gunakan pendekatan yang
menenangkan
·
Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap pelaku pasien
·
Jelaskan semua prosedur
dan apa yang dirasakan selama prosedur
·
Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan mengurangi takut
·
Dengarkan dengan penuh
perhatian
·
Identifikasi tingkat
kecemasan
·
Bantu pasien mengenai
situasi yang menimbulkan kecemasan
·
Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
|
D.
Implementasi
Diagnosa keperawatan
|
Implementasi
|
ketidakefektifnya
pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan
|
·
Mengobservasi
tanda-tanda vital.
·
Memberikan
O2 sesuai anjuran dokter
·
Jika pernafasan depresi
,berikan oksigen(ventilator) dan lakukan suction.
·
Memberikan
kenyamanan dan istirahat pada pasien dengan memberikan asuhan keperawatan
individual
|
Resiko kekurangan volume
cairan tubuh.
|
·
Mepertahankan catatan
intake dan output yang akurat
·
Memonitor status hidrasi
(kelembapan membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik). Jika
diperlukan
·
Memonitor vital sign
·
Memonitor status nutrisi
·
Memonitor masukan
makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian
·
Mengkolaborasikan pemberian cairan IV
·
Mengkolaborasi dengan
dokter
|
Penurunan
kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
|
·
Memonitor vital sign tiap 15
menit
·
Mencatat
tingkat kesadaran pasien
·
Mengkaji
adanya tanda-tanda distress pernapasan,nadi cepat,sianosis dan kolapsnya
pembuluh darah
·
Memonitor adanya perubahan
tingkat kesadaran
·
Mengkolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian anti dotum
|
Ansietas berhubungan
dengan Tidak efektifnya koping individu.
|
·
Mengunakan pendekatan
yang menenangkan
·
Menyatakan dengan jelas
harapan terhadap pelaku pasien
·
Menjelaskan semua
prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
·
Menemani pasien untuk
memberikan keamanan dan mengurangi takut
·
Mendengarkan dengan
penuh perhatian
·
Mengidentifikasi tingkat
kecemasan
·
Membantu pasien mengenai
situasi yang menimbulkan kecemasan
·
Memberikan obat untuk
mengurangi kecemasan
|
KRITIK DAN SARAN SANGAT DIBUTUHKAN DIHALAMAN KOMENTAR
SEMOGA BERMANFAAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar