BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Luka bakar merupakan cedera yang
cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang berat memperlihatkan morbilitas
dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cederaoleh sebab lain
.Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka
bakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena
pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar
karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas )
banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.(Sjamsuhidajat, 2005).
Kulit adalah organ kompleks yang
memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap kemungkinan lingkungan yang
merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegah kehilangan cairan
tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan
sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra
tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit
yang sebagian besar dapat dicegah.( Horne dan Swearingen, 2000 ).
Kurang lebih 2,5 juta orang
mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap tahunnya. Dari kelompok ini 200
ribu pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100 ribu pasien dirawat di
rumah sakit. Sekitar 12 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar
dan cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar lebih separuh dari kasus
luka bakar dirumah sakit seharusnya dapat dicegah. Perawat dapat memainkan
peranan yang aktif dalam pencegahan kebakaran dan luka bakar dengan mengajarkan
konsep pencegahan dan mempromosikan undang undang tentang pengamanan kebakaran.
Asuhan keperawatan komprehensif yang diberikan manakala terjadi luka bakar
adalah penting untuk pencegahan kematian dan kecacatan. Adalah penting bagi
perawat untuk memiliki pengertian yang jelas tentang perubahan yang saling
berhubungan pada semua sistem tubuh setelah cedera luka bakar juga penghargaan
terhadap dampak emosional dari cedera pada korban luka bakar dan keluarganya.
Hanya dengan dasar pengetahuan komprehensif perawat dapat memberikan intervensi
terapeutik yang diperlukan pada semua tahapan penyembuhan.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari luka bakar?
2. Apa etiologi dari luka bakar?
3. Apa klasifikasi dari luka bakar?
4. Apa saja manifestasi klinis dari
luka bakar?
5. Apa patofisiologi dari luka bakar?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada
luka bakar?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada luka
bakar?
C.
TUJUAN PENULISAN
1. Mampu mengetahui pengertian dari
luka bakar.
2. Mampu mengetahui etiologi dari luka
bakar.
3. Mampu mengetahui klasifikasi dari
luka bakar.
4. Mampu mengetahui manifestasi klinis
dari luka bakar.
5. Mampu mengetahui patofisiologi dari
luka bakar.
6. Mampu mengetahui pemeriksaan
penunjang pada luka bakar.
7. Mampu mengetahui penatalaksanaan
pada luka bakar.
BAB
II
TRIAGE
DALAM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
A.
Pengertian
Triage yaitu skenario
pertolongan yang akan di berikan sesudah fase keadaan pasien. Pasien-pasien
yang terancam hidupnya harus di beri prioritas utama. Triage dalam keperawatan
gawat derurat di gunakan untuk mengklasifikasian keperahan penyakit atau cidera
dan menetapkan prioritas kebutuhan penggunaan petugas perawatan kesehatan yang
efisien dan sumber-sumbernya.
Standart waktu yang di
perlukan untuk melakukan triase adalah 2-5 menit untuk orang dewasa dan 7 menit
untuk pasien anak-anak.
Triase di lakukan oleh
perawat yang profesional (RN) yang sudah terlatih dalam prinsip triase,
pengalaman bekerja minimal 6 bulan di bagian UGD, dan memiliki kualisifikasi:
-
Menunjukkan kompetensi kegawat daruratan
-
Sertifikasi ATLS, ACLS, PALS, ENPC
-
Lulus Trauma Nurse Core Currikulum (TNCC)
-
Pengetahuan tentang kebijakan intradepartemen
-
Keterampilan pengkajian yang tepat, dll
B.
Sistem Triage
a. Spot check
25% UGD menggunakan
sistem ini, perawat mengkaji dan mengklasifikasikan pasien dalam waktu 2-3
menit. Sisten ini memungkinkan identifikasi segera.
b. Komprehensif
Merupakan triase dasar
yang standart di gunakan. Dan di dukung oleh ENA (Emergenci Nurse Association)
meliputi:
-
A (Airway)
-
B (Breathing)
-
C (Circulation)
-
D (Dissability of Neurity)
-
E ( Ekspose)
-
F (Full-set of Vital sign)
c. Triase Expanded
Sistem ini dapat di tambahkan ke sistem
komprohensif dan two-tier mencakup protokol penanganan:
-
Pertolongan pertama (bidai, kompres, rawat
luka)
-
Pemeriksaan diagnostic
-
Pemberian obat
-
Tes lab (Darah, KGD, Urinalisis, dll)
d. Triase Bedside
Pasien dalam sistem ini tidak di
klasifikasikan triasenya, langsung di tangani oleh perawat yang bertugas, cepat
tanpa perlu menunggu antri.
C.
Kategori/ Klasifikasi
Triage
61% menggunakan 4
kategori pengambilan keputusan yaitu dengan menggunakan warna hartu/status
sebagai tanda klasifikasi yaitu Merah (Emergen), kuning (Urgen), hijau (non
Urgen), hitam (Expectant).
a.
Merah (Emergent)
Yaitu korban-korban
yang membutuhkan stabilisasi segera. Yaitu kondisi yang mengancam kehidupan dan
memerlukan perhatian segera.
Contoh:
- Syok oleh berbagai
kausa
- Gangguan pernapasan
- Trauma kepala dengan
pupil anisokor
- Perdarahan eksternal massif
b.
Kuning (Urgent)
Yaitu korban yang
memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat di tunda sementara. Kondisi
yang merupakan masalah medisyang disignifikan dan memerlukan penata laksanaan
sesegera mungkin. Tanda-tanda fital klien ini masih stabil.
Contoh:
-
Fraktur multiple
-
Fraktur femur/pelvis
-
Korban dengan resiko syok (korban dengan
gangguan jantung, trauma, obdomen berat)
-
Luka bakar luas
-
Gangguan kesadaran/trauma kepala
-
Korban dengan status yang tidak jelas.
Semua korban dengan
kategori ini harus di berikan infus, pengawasan ketat terhadap kemungkinan
timbulnya komplikasi dan berikan perawatan sesegera mungkin.
c.
Hijau (Non urgent)
Yaitu kelompok korban
yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat di tunda,
penyakit atau cidera minor
Contoh:
-
Fektur minor
-
Luka minor
-
Luka bakar minor
d.
Hitam (Expectant)
Korban yang meninggal
dunia atau yang berpotensi untuk meninggal dunia. Kurang dari 6%, memakai
sistem empat kelas yaitu:
-
Kelas I : kritis (mengancam jiwa, ekstremitas,
penglihatan atau tindakan segera).
-
Kelas II: Akut (terdapat perubahan yang
signifikan, tindakan segera mungkin),
-
Kelas III: Urgent (signifikan, tikdakan pada
waktu yang tepat)
-
Kelas IV: Non Urgent (tidak terdapat resiko
yang perlu segera di tangani)
Kurang dari 10%,
digunakan sistem 5 tingkat yaitu:
-
Kritis Segera Henti jantung
-
Tidak stabil 5-15 menit Fraktur mayor
-
Potensial tidak stabil 30-60 menit Nyeri
abdomen
-
Stabil 1-2 jam Sinusitis
-
Rutin 4 jam Pengangkatan jahitan
BAB III
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Luka
bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang di sebabkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi
(Moenajat, 2001).
Luka bakar
adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas
seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash),
terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat
sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari
(sunburn) (Moenadjat, 2001).
Menurut Aziz Alimul Hidayat, A,
(2008 Hal : 130) luka bakar adalah kondisi atau terjadinya luka akibat
terbakar, yang hanya disebabbkan oleh panas yang tinggi, tetapi oleh senyawa
kimia, llistrik, dan pemanjanan (exposure) berlebihan terhadap sinar matahari.
Luka bakar adalah luka yang di
sebakan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api,air panas,listrik,bahan
kimia dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah,luka bakar ini
bisa menyebabkan kematian ,atau akibat lain yang berkaitan dengan problem
fungsi maupun estetika. (Kapita Selekta kedokteran edisi 3 jilid 2).
B.
ETIOLOGI
1. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)
a. Gas
b. Cairan
c.
Bahan
padat (Solid)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical Burn)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury).
Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar di bagi menjadi
3 fase, yaitu:
1.
Fase
akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal
penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing
(mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya
dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat
terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam
pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada
fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
2.
Fase
sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi
adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas.
Luka yang terjadi menyebabkan:
a. Proses inflamasi dan infeksi.
b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka
telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ –
organ fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme.
3.
Fase
lanjut
Fase
lanjut akan berlangsung hingga terjadi maturasi perut akibat luka dan pemulihan
fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropi, keloid, gangguan pigmentasi deformitas
dan kontraktur.
C.
KLASIFIKASI
LUKA BAKAR
1.
Berdasarkan penyebab:
a. Luka
bakar yang di sebabkan oleh radiasi
b. Luka
bakarb yang disebabkan oleh air panas
c. Luka
bakar yang di sebabkan oleh listrik
d. Luka
bakar yang disebabkan oleh bahan atau zat kimia
e. Luka
bakar yang di sebabkan oleh api
2.
Berdasarkan kedalaman
luka
a. Derajat
(I) satu
Pada derajat satu, luka bakar akan
sembuh dalam waktu singkat. Paling lambat 1 minggu tanpa dilakukan pengobatan
apapun, kecuali apabila pada derajat I ini penderita kesakitan, bisa diberikan
analgesic tetapi ingat berikan analgetic yang tidak menurunkan suhu tubuh.
Dapat dilakukan peredaman pada air dengan suhu kamar. Ciri luka bakar derajat
satu adalah hanya tampak kemerahan tanpa ada kerusakan jaringan kulit. Oleh
karena itu pada luka derajat satu perlu di berikan obat-obat topical.
b. Derajat
(II) superfisial
Luka bakar pada derajat
dua ini kulit berwarna merah dan adanya bula (gelembung), organ kulit nseperti
kelenjar sebasea, dan kelenjar kulit masih utuh. Pada luka bakar nini terjadi
kerusakan epidermis yang di tandai rasa nyeri dan akan sembuh dalam waktu 10
sampai 14 hari, dapat pula diberikan pengompresan dengan menggunakan Nacl.
Ingat bula tidak perlu dilakukan pemecahan.
c. Derajat
(III) dalam
Luka bakar derajat tiga ini ditandai
dengan seluruh dermis dan epidermis mengalami kerusakan, tidak dijumpai rasa
nyeri dan kehilangan sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami
kerusakan atau kematian. Bahkan bisa merusak jaringan lemak maupun otot,
walaupunnjaringan tersebut tidak mengalami nekrosis. Penyembuhan terjadi lama
karena tidak terbentuk eitelisasi jaringan dasar luka yang spontan. Kulit yang
terbakar berwarna bau-abu dan pucat terjadi koagulasi protein pada epidermis
dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
d. Derajat
(IV) Empat
Luka bakar derajat ini semua
jaringan sudah terjadi kerusakaan bahkan lebih dalaam lagi dapat menimbulkan
jaringan nekrotik.
D.
MANIFESTASI KLINIS
Untuk mengetahui gambaran klinik tentang luka bakar (Combustio)
maka perlu mempelajari :
1. Luas Luka Bakar
Luas luka bakar dapat ditentukan dengan cara “ Role of nine “
yaitu dengan tubuh dianggap 9 % yang terjadi antara:
a. Kepala dan leher : 9 %
b. Dada dan perut : 18 %
c. Punggung hingga pantat : 18 %
d. Anggota gerak atas
masing-masing : 9 %
e. Anggota gerak bawah
masing-masing : 18 %
f. Perineum :
9 %
2. Derajat Luka Bakar
Untuk derajat luka bakar dibagi menjadi 4, yaitu
:
a. Grade I
1) Jaringan yang rusak
hanya epidermis.
2) Klinis ada nyeri, warna
kemerahan, kulit kering.
3) Tes jarum ada
hiperalgesia.
4) Lama sembuh + 7 hari.
5) Hasil kulit menjadi
normal.
b. Grade II
Grade II a
1)
Jaringan yang rusak sebagian dermis, folikel,
rambut, dan kelenjar keringat utuh,
2)
Rasa nyeri warna merah pada lesi.
3)
Adanya cairan pada bula.
4)
Waktu sembuh + 7 - 14 hari.
Grade II
b
1) Jaringan yang rusak
sampai dermis, hanya kelenjar keringan yang utuh.
2) Eritema, kadang ada sikatrik.
3) Waktu sembuh + 14 – 21
hari.
c. Grade III
1) Jaringan yang rusak
seluruh epidermis dan dermis.
2) Kulit kering, kaku,
terlihat gosong.
3) Terasa nyeri karena
ujung saraf rusak.
4) Waktu sembuh lebih dari
21 hari.
d. Grade IV
Luka bakar yang mengenai otot bahkan tulang.
3. Pengelolaan Luka Bakar
a.
Luka bakar ringan
1) Luka bakar grade I dan
II luasnya kurang 15 % pada orang dewasa.
2) Luka bakar grade I dan
II luasnya kurang 10 % pada anak,
3) Luka bakar grade III
luasnya kurang 2 %
b. Luka bakar sedang
1)
Luka bakar grade II luasnya 15 – 25 % pada orang
dewasa
2)
Luka bakar grade II luasnya 10 – 20 % pada anak
3)
Luka bakar grade II luasnya kurang 10 %
c. Luka bakar berat
1)
Luka bakar grade II luasnya lebih dari 25 % pada
orang dewasa
2)
Luka bakar grade II luasnya lebih dari 20 % pada
anak
3)
Luka bakar grade III luasnya lebih dari 10 %
4)
Luka bakar grade IV mengenai tangan, wajah,
mata, telinga, kulit, genetalia serta persendian ketiak, semua penderita dengan
inhalasi luka bakar dengan konplikasi berat dan menderita DM.
Cedera inhalasi
biasanya timbul dalam 24 sampai 48 jam pertama pasca luka bakar:
1.
Keracunan karbon monoksida
Karakteristik tanda
fisik tidak ada dan warna kulit merah bertanda cheery hampir tidak pernah
terlihat pada pasien luka bakar. Manifestasi Susunan Syaraf Pusat
dari sakit kepala sampai koma hingga kematian.
2.
Distress pernafasan
Penurunan oksigenasi
arterial akibat rendahnya perfusi jaringan dan syok. Penyebab distress adalah
edema laring atau spasme dan akumulasi lendir.Adapun tanda-tanda distress
pernafasan yaitu serak, ngiler dan ketidakmampuan menangani sekresi.
3.
Cidera pulmonal
Inhalasi produk-produk
terbakar tidak sempurna mengakibatkan pneumonitis kimiawi.Pohon pulmonal
menjadi teriritasi dan edematosa pada 24 jam pertama. Edema pulmonal terjadi
sampai 7 hari setelah cedera. Pasien irasional atau tidak sadar tergantung
tingkat hipoksia. Tanda-tanda cedera pulmonal adalah pernafasan cepat dan
sulit, krakles, stridor dan batuk pendek.
E.
PATOFISIOLOGI
Pada
dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi, akibatnya akan
merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh darah besar dan akibat
kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan plasma sel darah, protein,
dan albumin mengalami gangguan fisiologi. Akibatnya terjadilah kehilangan
cairan yang pasif, terganggunya cairan di dalam lumen pembuluh darah. Suhu
tinggi juga merusak pembuluh darah yang mengakibatkan sumbatan pembuluh darah
sehingga beberapa jam setelah terjadinya reaksi tersebut bisa mengakibatkan
radang iskemik, maupun kerusakan jaringan lainnya. Pada luka bakar juga dapat
terjadi syok hipovolemik.
F.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan
laboratorim meliputi: HB, HMT, gula darah Natrium dan elektrolit, Ureum dan
kreatinin, protein, urine lengkap, AGD (PO2 dan PCO2). Pemeriksaan radiologi:
foto thoraks, EKG, CVP untuk mengetahuin tekanan sentral.
G.
PENATALAKSANAAN
1.
Penatalaksanaan
Konservatif
a. Pre Hospital
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk
mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena
tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan
(drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki
karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya.
Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera basuh
dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matikan sumber listrik dan bawa
orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan selimut basah pada daerah
luka bakar. Jangan membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan terbuka karena
dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara luar dan
menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya diberikan obat-obatan
penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin, asam mefenamat
samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis.
b.Hospital
1) Resusitasi A, B, C.
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya
harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
a) Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera
pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda
adanya trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka
bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
b) Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk
bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma
lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax,
hematothorax, dan fraktur costae.
c) Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga
menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik
karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, ada
2 cara yang lazim dapat diberikan yaitu dengan Formula Baxter dan Evans.
2) Resusitasi Cairan
2.
Penatalaksanaan
Pembedahan
Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar pada
ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat
pengerutan dan penjepitan dari eskar. Tanda dini penjepitan berupa nyeri,
kemudian kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan
yang dilakukan yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai
penjepitan bebas.
KONSEP KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
1.
Aktifitas/istirahat
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan;
keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan
tonus.
2.
Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar
lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada
ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi,
kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri);
disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
3.
Integritas ego
Gejala: masalah tentang keluarga,
pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda: menangis, ketergantungan, menyangkal,
menarik diri, marah.
4.
Eliminasi
Tanda: haluaran urine meningkat/tak
ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin,
mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan
mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya
pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik
gastrik.
5.
Cairan
Tanda: oedema jaringan umum;
6.
Neurosensori
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam
(RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi
korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik);
ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran
saraf).
7.
Nyeri/kenyamanan
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka
bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan
udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat
nyeri; sementara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada
keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
8.
Pernafasan
Gejala: terkurung dalam ruang
tertutup; terpajan lama. Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam
sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera
inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar
dada; stridor/mengii (obstruksi
sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik
(oedema paru); stridor (oedema laringeal);
9.
Keamanan
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan
dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar
mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya
penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera
api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas
panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan
mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau
lingkar nasal.
Cedera
kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat
kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis;
atau jaringan parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari tampaknya secara
perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera
listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif),
luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar
termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh,
kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok
listrik).
10.
Pemeriksaan diagnostik:
a.
LED: mengkaji hemokonsentrasi.
b.
Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan
biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan
dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
c.
Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
d.
BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
e.
Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
f.
Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
g.
Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun
pada luka bakar masif.
h.
Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi
asap.
1.
ANALISA
DATA
NO.
|
Klasifikasi Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
|
DS: klien mengeluh
batuk-batuk.
DO:
-
Pengembangan torak
terbatas
-
Nampak sesak
-
Suara serak
|
Termis
Luka bakar
Biologis
Pada wajah
Kerusakan
mukosa
Oedema laring
Obstruksi
jalan napas
Gagal napas
Ketidakefektifan
pola napas
|
Ketidakefektifan
pola napas
|
2.
|
DS: klien mengatakan sering buang air kecil.
DO: klien Nampak
bolak balik WC.
|
Luka bakar
Biologis
Kerusakan
kulit
Penguapan
Ekstravasasi
cairan(H2O2, elektrolit)
Tekanan
onkotik menurun
Cairan
intravascular menurun
Kekurangan
volume cairan
|
Kekurangan volume cairan
|
3.
|
DS: klien mengatakan nyeri pada area lukanya.
DO:klien nampak
meringis.
|
Luka bakar
Biologis
Kerusakan
kulit
Penguapan
Peningkatan
pembuluh darah
Ekstravasasi
cairan
Cairan
intravascular menurun
Hemokonsentrasi
Nyeri
|
Nyeri
|
4.
|
DS: Klien mengatakan tidak peduli dengan lingkungan
kamarnya yang terbuka
DO: Klien Nampak cuek.
|
Termis
Luka bakar
Biologis
Kerusakan
kulit
Resiko
infeksi
|
Resiko infeksi
|
5.
|
DS: klien mengatakan bahwa kulitnya melepuh.
DO: klien nampak cemas.
|
Termis
Luka bakar
Biologis
Kerusakan
kulit
Kerusakan
integritas kulit
|
Kerusakan integritas kulit
|
2.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
NO.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Nama jelas
|
1.
|
Ketidakefektifan
pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas.
|
|
2.
|
Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif.
|
|
3.
|
Nyeri berhubungan dengan
kesembuhan luka dan penanganan luka bakar.
|
|
4.
|
Resiko infeksi berhubungan dengan
barier kulit bdan terganggunya respons imun.
|
|
5.
|
Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan kerusakan permukaan
kulit sekunder.
|
|
3.
RENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN
NO.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Rencana Tindakan
Keperawatan
|
Rasional
|
|
Tujuan dan kriteria
hasil
|
Intervensi
|
|||
1.
|
Ketidak
efektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pola napas klien tetap
efektif, dengan kriteria hasil:
-
Bunyi napas vesikuler
-
RR dalam batas normal
|
Awasi frekuensi, irama, kedalaman
pernafasan, perhatikan adanya pucat/sianosis dan sputum mengandung karbon
atau merah muda.
Auskultasi paru, perhatikan stridor,
mengi/gemericik, penurunan bunyi nafas.
Tinggikan kepala tempat tidur.
Hindari penggunaan bantal di bawah kepala, sesuai indikasi.
Dorong batuk/latihan nafas dalam
dan perubahan posisi sering.
Awasi 24 jam keseimbngan cairan,
perhatikan variasi/perubahan.
Berikan/bantu fisioterapi
dada/spirometri intensif.
|
Takipnea, penggunaan otot bantu,
sianosis dan perubahan sputum menunjukkan terjadi distress pernafasan/edema
paru dan kebutuhan intervensi medik.
Obstruksi jalan nafas/distres
pernafasan dapat terjadi sangat cepat atau lambat contoh sampai 48 jam
setelah terbakar.
Meningkatkan ekspansi paru
optimal/fungsi pernafasan. Bilakepala/leher terbakar, bantal dapat menghambat
pernafasan, menyebabkan nekrosis pada kartilago telinga yang terbakar dan
meningkatkan konstriktur leher.
Meningkatkan ekspansi paru, memobilisasi
dan drainase sekret.
Perpindahan cairan atau kelebihan
penggantian cairan meningkatkan risiko edema paru.
Fisioterapi dada mengalirkan area
dependen paru, sementara spirometri intensif dilakukan untuk memperbaiki
ekspansi paru, sehingga meningkatkan fungsi pernafasan dan menurunkan
atelektasis.
|
2.
|
Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif.
|
Setelah
di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, di harapkan pasien dapat mendemostrasikan
status cairan dan biokimia membaik, dengan kriteria hasil:
- tak ada manifestasi dehidrasi,
- resolusi oedema, elektrolit serum
dalam batas normal,
- haluaran urine di atas 30 ml/jam.
|
Awasi tanda vital, CVP. Perhatikan
kapiler dan kekuatan nadi perifer.
Awasi pengeluaran urine dan berat
jenisnya. Observasi warna urine dan hemates sesuai indikasi.
Perkirakan drainase luka dan
kehilangan yang tampak.
Timbang berat badan setiap hari.
Ukur lingkar ekstremitas yang
terbakar tiap hari sesuai indikasi.
Pasang/ pertahankan ukuran kateter
intravena.
|
Memberikan pedoman untuk
penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler.
Penggantian cairan dititrasi untuk
meyakinkan rata-2 pengeluaran urine 30-50 cc/jam pada orang dewasa. Urine
berwarna merah pada kerusakan otot masif karena adanyadarah dan keluarnya
mioglobin.
Peningkatan permeabilitas kapiler,
perpindahan protein, proses inflamasi dan kehilangan cairan melalui evaporasi
mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran urine.
Penggantian cairan tergantung pada
berat badan pertama dan perubahan selanjutnya.
Memperkirakan luasnya
oedema/perpindahan cairan yang mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran
urine.
Resusitasi cairan menggantikan
kehilangan cairan/elektrolit dan membantu mencegah komplikasi.
|
3.
|
Nyeri berhubungan dengan
kesembuhan luka dan penanganan luka bakar.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan pasien dapat mendemonstrasikan
hilang dari ketidaknyamanan, dengan kriteria hasil:
- menyangkal nyeri,
- melaporkan perasaan nyaman,
- ekspresi wajah dan postur tubuh
rileks.
|
Berikan anlgesik narkotik yang
diresepkan dokter dan diberikan sedikitnya 30 menit sebelum prosedur perawatan luka. Anjurkan analgesik Intra
vena bila luka bakar luas.
Pertahankan pintu kamar tertutup,
tingkatkan suhu ruangan dan berikan selimut ekstra untuk memberikan
kehangatan.
Bantu dengan pengubahan posisi
setiap 2 jam bila diperlukan. Dapatkan bantuan tambahan sesuai kebutuhan,
khususnya bila pasien tak dapat membantu membalikkan badan sendiri.
|
Analgesik narkotik diperlukan
untuk memblok jaras nyeri dengan nyeri berat. Absorpsi obat IM buruk pada
pasien dengan luka bakar luas yang disebabkan oleh perpindahan interstitial
berkenaan dengan peningkatan permeabilitas kapiler.
Panas dan air hilang melalui
jaringan luka bakar, menyebabkan hipotermia. Tindakan eksternal ini membantu
menghemat kehilangan panas.
Menghilangkan tekanan pada
tonjolan tulang dependen. Dukungan adekuat pada luka bakar selama gerakan
membantu meminimalkan ketidaknyamanan..
|
4.
|
Resiko infeksi berhubungan dengan barier
kulit bdan terganggunya respons imun.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan pasien bebas dari infeksi, dengan
kriteria hasil:
- tak ada demam,
- pembentukan jaringan granulasi
baik.
|
Pantau Penampilan luka bakar.
Bersihkan area luka bakar setiap
hari dan lepaskan jaringan nekrotik (debridemen) sesuai keinginan.
Lepaskan krim lama dari luka
sebelum pemberian krim baru. Gunakan sarung tangan steril dan beriakan krim
antibiotika topikal yang diresepkan pada area luka bakar dengan ujung jari.
Tempatkan pasien pada ruangan
khusus dan lakukan kewaspadaan untuk luka bakar luas yang mengenai area luas
tubuh. Gunakan linen tempat tidur steril, handuk dan skort untuk pasien.
Gunakan skort steril, sarung tangan dan penutup kepala dengan masker bila
memberikan perawatan pada pasien.
|
Mengidentifikasi indikasi-indikasi
kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Pembersihan dan pelepasan jaringan
nekrotik meningkatkan pembentukan granulasi.
Antimikroba topikal membantu
mencegah infeksi. Mengikuti prinsip aseptik melindungi pasien dari infeksi.
Kulit yang gundul menjadi media yang baik untuk kultur pertumbuhan bakteri.
Kulit adalah lapisan pertama tubuh
untuk pertahanan terhadap infeksi. Teknik steril dan tindakan perawatan
perlindungan lainmelindungi pasien terhadap infeksi.
|
5.
|
Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan kerusakan permukaan
kulit sekunder.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pasien mampu menunjukkan regenerasi jaringan,
dengan kriteria hasil:
Mencapai penyembuhan tepat waktu
pada area luka bakar.
|
Kaji/catat ukuran, warna,
kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.
Lakukan perawatan luka bakar yang
tepat dan tindakan kontrol infeksi.
Pertahankan penutupan luka sesuai
indikasi.
Tinggikan area graft bila
mungkin/tepat. Pertahankan posisi yang diinginkan dan imobilisasi area bila
diindikasikan.
|
Memberikan informasi dasar tentang
kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada
area graft.
Menyiapkan jaringan untuk
penanaman dan menurunkan resiko infeksi/kegagalan kulit.
Kain nilon/membran silikon
mengandung kolagen porcine peptida yang melekat pada permukaan luka sampai
lepasnya atau mengelupas secara spontan kulit repitelisasi.
Menurunkan pembengkakan /membatasi
resiko pemisahan graft. Gerakan jaringan dibawah graft dapat mengubah posisi
yang mempengaruhi penyembuhan optimal.
|
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Luka
bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang di sebabkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi
(Moenajat, 2001).
Pada
dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi, akibatnya akan
merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh darah besar dan akibat
kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan plasma sel darah, protein,
dan albumin mengalami gangguan fisiologi.
Pemeriksaan
laboratorim meliputi: HB, HMT, gula darah Natrium dan elektrolit, Ureum dan
kreatinin, protein, urine lengkap, AGD (PO2 dan PCO2). Pemeriksaan radiologi:
foto thoraks, EKG, CVP untuk mengetahuin tekanan sentral.
B.
SARAN
1. Untuk mahasiswa sebaiknya dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kegawatdaruratan luka bakar
diharapkan mampu memahami konsep dasar luka bakar serta konsep asuhan
keperawatan.
2. Untuk institusi pendidikan hendaknya
lebih melengkapi literatur yang berkaitan dengan penyakit ini.
SEMOGA BERMANFAAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar