Kamis, 14 Mei 2015

ASKEP KEGAWATDARURATAN "Luka bakar"

BAB I
PENDAHULUAN
A.          LATAR BELAKANG
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang berat memperlihatkan morbilitas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cederaoleh sebab lain .Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.(Sjamsuhidajat, 2005).
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang sebagian besar dapat dicegah.( Horne dan Swearingen, 2000 ).
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap tahunnya. Dari kelompok ini 200 ribu pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100 ribu pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar lebih separuh dari kasus luka bakar dirumah sakit seharusnya dapat dicegah. Perawat dapat memainkan peranan yang aktif dalam pencegahan kebakaran dan luka bakar dengan mengajarkan konsep pencegahan dan mempromosikan undang undang tentang pengamanan kebakaran. Asuhan keperawatan komprehensif yang diberikan manakala terjadi luka bakar adalah penting untuk pencegahan kematian dan kecacatan. Adalah penting bagi perawat untuk memiliki pengertian yang jelas tentang perubahan yang saling berhubungan pada semua sistem tubuh setelah cedera luka bakar juga penghargaan terhadap dampak emosional dari cedera pada korban luka bakar dan keluarganya. Hanya dengan dasar pengetahuan komprehensif perawat dapat memberikan intervensi terapeutik yang diperlukan pada semua tahapan penyembuhan.


B.           RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian dari luka bakar?
2.      Apa etiologi dari luka bakar?
3.      Apa klasifikasi dari luka bakar?
4.      Apa saja manifestasi klinis dari luka bakar?
5.      Apa patofisiologi dari luka bakar?
6.      Bagaimana pemeriksaan penunjang pada luka bakar?
7.      Bagaimana penatalaksanaan pada luka bakar?

C.          TUJUAN PENULISAN
1.      Mampu mengetahui pengertian dari luka bakar.
2.      Mampu mengetahui etiologi dari luka bakar.
3.      Mampu mengetahui klasifikasi dari luka bakar.
4.      Mampu mengetahui manifestasi klinis dari luka bakar.
5.      Mampu mengetahui patofisiologi dari luka bakar.
6.      Mampu mengetahui pemeriksaan penunjang pada luka bakar.
7.      Mampu mengetahui penatalaksanaan pada luka bakar.















BAB II
TRIAGE DALAM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
                     
A.          Pengertian
Triage yaitu skenario pertolongan yang akan di berikan sesudah fase keadaan pasien. Pasien-pasien yang terancam hidupnya harus di beri prioritas utama. Triage dalam keperawatan gawat derurat di gunakan untuk mengklasifikasian keperahan penyakit atau cidera dan menetapkan prioritas kebutuhan penggunaan petugas perawatan kesehatan yang efisien dan sumber-sumbernya.
Standart waktu yang di perlukan untuk melakukan triase adalah 2-5 menit untuk orang dewasa dan 7 menit untuk pasien anak-anak.
Triase di lakukan oleh perawat yang profesional (RN) yang sudah terlatih dalam prinsip triase, pengalaman bekerja minimal 6 bulan di bagian UGD, dan memiliki kualisifikasi:
-                                        Menunjukkan kompetensi kegawat daruratan
-                                        Sertifikasi ATLS, ACLS, PALS, ENPC
-                                        Lulus Trauma Nurse Core Currikulum (TNCC)
-                                        Pengetahuan tentang kebijakan intradepartemen
-                                        Keterampilan pengkajian yang tepat, dll

B.           Sistem Triage
a.       Spot check
25% UGD menggunakan sistem ini, perawat mengkaji dan mengklasifikasikan pasien dalam waktu 2-3 menit. Sisten ini memungkinkan identifikasi segera.
b.      Komprehensif
Merupakan triase dasar yang standart di gunakan. Dan di dukung oleh ENA (Emergenci Nurse Association) meliputi:
-          A (Airway)
-          B (Breathing)
-          C (Circulation)
-          D (Dissability of Neurity)
-          E ( Ekspose)
-          F (Full-set of Vital sign)
c.       Triase Expanded
         Sistem ini dapat di tambahkan ke sistem komprohensif dan two-tier mencakup protokol penanganan:
-          Pertolongan pertama (bidai, kompres, rawat luka)
-          Pemeriksaan diagnostic
-          Pemberian obat
-          Tes lab (Darah, KGD, Urinalisis, dll)
d.      Triase Bedside
         Pasien dalam sistem ini tidak di klasifikasikan triasenya, langsung di tangani oleh perawat yang bertugas, cepat tanpa perlu menunggu antri.

C.          Kategori/ Klasifikasi Triage
61% menggunakan 4 kategori pengambilan keputusan yaitu dengan menggunakan warna hartu/status sebagai tanda klasifikasi yaitu Merah (Emergen), kuning (Urgen), hijau (non Urgen), hitam (Expectant).
a.          Merah (Emergent)
Yaitu korban-korban yang membutuhkan stabilisasi segera. Yaitu kondisi yang mengancam kehidupan dan memerlukan perhatian segera.
Contoh:
-       Syok oleh berbagai kausa
-       Gangguan pernapasan
-       Trauma kepala dengan pupil anisokor
-       Perdarahan eksternal massif
b.      Kuning (Urgent)
Yaitu korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat di tunda sementara. Kondisi yang merupakan masalah medisyang disignifikan dan memerlukan penata laksanaan sesegera mungkin. Tanda-tanda fital klien ini masih stabil.
Contoh:
-          Fraktur multiple
-          Fraktur femur/pelvis
-          Korban dengan resiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma, obdomen berat)
-          Luka bakar luas
-          Gangguan kesadaran/trauma kepala
-          Korban dengan status yang tidak jelas.
Semua korban dengan kategori ini harus di berikan infus, pengawasan ketat terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi dan berikan perawatan sesegera mungkin.
c.       Hijau (Non urgent)
Yaitu kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat di tunda, penyakit atau cidera minor
Contoh:
-          Fektur minor
-          Luka minor
-          Luka bakar minor
d.      Hitam (Expectant)
Korban yang meninggal dunia atau yang berpotensi untuk meninggal dunia. Kurang dari 6%, memakai sistem empat kelas yaitu:
-          Kelas I : kritis (mengancam jiwa, ekstremitas, penglihatan atau tindakan segera).
-          Kelas II: Akut (terdapat perubahan yang signifikan, tindakan segera mungkin),
-          Kelas III: Urgent (signifikan, tikdakan pada waktu yang tepat)
-          Kelas IV: Non Urgent (tidak terdapat resiko yang perlu segera di tangani)

Kurang dari 10%, digunakan sistem 5 tingkat yaitu:
-          Kritis Segera Henti jantung
-          Tidak stabil 5-15 menit Fraktur mayor
-          Potensial tidak stabil 30-60 menit Nyeri abdomen
-          Stabil 1-2 jam Sinusitis
-          Rutin 4 jam Pengangkatan jahitan






BAB III
PEMBAHASAN

A.          PENGERTIAN
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang di sebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi (Moenajat, 2001).
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta  sengatan matahari (sunburn) (Moenadjat, 2001).
Menurut Aziz Alimul Hidayat, A, (2008 Hal : 130) luka bakar adalah kondisi atau terjadinya luka akibat terbakar, yang hanya disebabbkan oleh panas yang tinggi, tetapi oleh senyawa kimia, llistrik, dan pemanjanan (exposure) berlebihan terhadap sinar matahari.
Luka bakar adalah luka yang di sebakan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api,air panas,listrik,bahan kimia dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah,luka bakar ini bisa menyebabkan kematian ,atau akibat lain yang berkaitan dengan problem fungsi maupun estetika. (Kapita Selekta kedokteran edisi 3 jilid 2).
B.           ETIOLOGI
1.     Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)
a.     Gas
b.     Cairan
c.      Bahan padat (Solid)
2.     Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical Burn)
3.     Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4.     Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury).
Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar di bagi menjadi 3 fase, yaitu:
1.            Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
2.            Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
a.       Proses inflamasi dan infeksi.
b.      Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
c.       Keadaan hipermetabolisme.
3.            Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadi maturasi perut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropi, keloid, gangguan pigmentasi deformitas dan kontraktur.
C.          KLASIFIKASI LUKA BAKAR
1.            Berdasarkan penyebab:
a.       Luka bakar yang di sebabkan oleh radiasi
b.      Luka bakarb yang disebabkan oleh air panas
c.       Luka bakar yang di sebabkan oleh listrik
d.      Luka bakar yang disebabkan oleh bahan atau zat kimia
e.       Luka bakar yang di sebabkan oleh api
2.            Berdasarkan kedalaman luka
a.       Derajat (I) satu
Pada derajat satu, luka bakar akan sembuh dalam waktu singkat. Paling lambat 1 minggu tanpa dilakukan pengobatan apapun, kecuali apabila pada derajat I ini penderita kesakitan, bisa diberikan analgesic tetapi ingat berikan analgetic yang tidak menurunkan suhu tubuh. Dapat dilakukan peredaman pada air dengan suhu kamar. Ciri luka bakar derajat satu adalah hanya tampak kemerahan tanpa ada kerusakan jaringan kulit. Oleh karena itu pada luka derajat satu perlu di berikan obat-obat topical.
b.      Derajat (II) superfisial
Luka bakar pada derajat dua ini kulit berwarna merah dan adanya bula (gelembung), organ kulit nseperti kelenjar sebasea, dan kelenjar kulit masih utuh. Pada luka bakar nini terjadi kerusakan epidermis yang di tandai rasa nyeri dan akan sembuh dalam waktu 10 sampai 14 hari, dapat pula diberikan pengompresan dengan menggunakan Nacl. Ingat bula tidak perlu dilakukan pemecahan.
c.       Derajat (III) dalam
Luka bakar derajat tiga ini ditandai dengan seluruh dermis dan epidermis mengalami kerusakan, tidak dijumpai rasa nyeri dan kehilangan sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan atau kematian. Bahkan bisa merusak jaringan lemak maupun otot, walaupunnjaringan tersebut tidak mengalami nekrosis. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terbentuk eitelisasi jaringan dasar luka yang spontan. Kulit yang terbakar berwarna bau-abu dan pucat terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
d.      Derajat (IV) Empat
Luka bakar derajat ini semua jaringan sudah terjadi kerusakaan bahkan lebih dalaam lagi dapat menimbulkan jaringan nekrotik.
D.          MANIFESTASI KLINIS
Untuk mengetahui gambaran klinik tentang luka bakar (Combustio) maka perlu mempelajari :
1.      Luas Luka Bakar
Luas luka bakar dapat ditentukan dengan cara “ Role of nine “ yaitu dengan tubuh dianggap 9 % yang terjadi antara:
a.       Kepala dan leher                                    : 9 %
b.      Dada dan perut                                      : 18 %
c.       Punggung hingga pantat                                      : 18 %
d.      Anggota gerak atas masing-masing         : 9 %
e.       Anggota gerak bawah masing-masing   : 18 %
f.       Perineum                                                : 9 %
2.      Derajat Luka Bakar
Untuk derajat luka bakar dibagi menjadi 4, yaitu :
a.       Grade I
1)      Jaringan yang rusak hanya epidermis.
2)      Klinis ada nyeri, warna kemerahan, kulit kering.
3)      Tes jarum ada hiperalgesia.
4)      Lama sembuh + 7 hari.
5)      Hasil kulit menjadi normal.
b.  Grade II
Grade II a
1)      Jaringan yang rusak sebagian dermis, folikel, rambut, dan kelenjar keringat utuh,
2)      Rasa nyeri warna merah pada lesi.
3)      Adanya cairan pada bula.
4)      Waktu sembuh + 7 - 14 hari.
Grade  II b
1)      Jaringan yang rusak sampai dermis, hanya kelenjar keringan yang utuh.
2)      Eritema, kadang ada sikatrik.
3)      Waktu sembuh + 14 – 21 hari.
c.  Grade III
1)      Jaringan yang rusak seluruh epidermis dan dermis.
2)      Kulit kering, kaku, terlihat gosong.
3)      Terasa nyeri karena ujung saraf rusak.
4)      Waktu sembuh lebih dari 21 hari.
d.      Grade IV
Luka bakar yang mengenai otot bahkan tulang.
3.      Pengelolaan Luka Bakar
a.       Luka bakar ringan
1)      Luka bakar grade I dan II luasnya kurang 15 % pada orang dewasa.
2)      Luka bakar grade I dan II luasnya kurang 10 % pada anak,
3)      Luka bakar grade III luasnya kurang 2 %
b.      Luka bakar sedang
1)      Luka bakar grade II luasnya 15 – 25 % pada orang dewasa
2)      Luka bakar grade II luasnya 10 – 20 % pada anak
3)      Luka bakar grade II luasnya kurang 10 %
c.       Luka bakar berat
1)      Luka bakar grade II luasnya lebih dari 25 % pada orang dewasa
2)      Luka bakar grade II luasnya lebih dari 20 % pada anak
3)      Luka bakar grade III luasnya lebih dari 10 %
4)      Luka bakar grade IV mengenai tangan, wajah, mata, telinga, kulit, genetalia serta persendian ketiak, semua penderita dengan inhalasi luka bakar dengan konplikasi berat dan menderita DM.
Cedera inhalasi  biasanya timbul dalam 24 sampai 48 jam pertama pasca luka bakar:
1.      Keracunan karbon monoksida
Karakteristik tanda fisik tidak ada dan warna kulit merah bertanda cheery hampir tidak pernah terlihat  pada pasien luka bakar. Manifestasi Susunan Syaraf Pusat dari sakit kepala sampai koma hingga kematian.
2.      Distress pernafasan
Penurunan oksigenasi arterial akibat rendahnya perfusi jaringan dan syok. Penyebab distress adalah edema laring atau spasme dan akumulasi lendir.Adapun tanda-tanda distress pernafasan yaitu serak, ngiler dan ketidakmampuan menangani sekresi.
3.      Cidera pulmonal
Inhalasi produk-produk terbakar tidak sempurna mengakibatkan pneumonitis kimiawi.Pohon pulmonal menjadi teriritasi dan edematosa pada 24 jam pertama. Edema pulmonal terjadi sampai 7 hari setelah cedera. Pasien irasional atau tidak sadar tergantung tingkat hipoksia. Tanda-tanda cedera pulmonal adalah pernafasan cepat dan sulit, krakles, stridor dan batuk pendek.



E.           PATOFISIOLOGI
Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi, akibatnya akan merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh darah besar dan akibat kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan plasma sel darah, protein, dan albumin mengalami gangguan fisiologi. Akibatnya terjadilah kehilangan cairan yang pasif, terganggunya cairan di dalam lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga merusak pembuluh darah yang mengakibatkan sumbatan pembuluh darah sehingga beberapa jam setelah terjadinya reaksi tersebut bisa mengakibatkan radang iskemik, maupun kerusakan jaringan lainnya. Pada luka bakar juga dapat terjadi syok hipovolemik.
F.           PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorim meliputi: HB, HMT, gula darah Natrium dan elektrolit, Ureum dan kreatinin, protein, urine lengkap, AGD (PO2 dan PCO2). Pemeriksaan radiologi: foto thoraks, EKG, CVP untuk mengetahuin tekanan sentral.
G.          PENATALAKSANAAN
1.      Penatalaksanaan Konservatif
a.  Pre Hospital
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya. Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matikan sumber listrik dan bawa orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar. Jangan membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin, asam mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis.

b.Hospital
1)      Resusitasi A, B, C.
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
a)      Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
b)      Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae.
c)      Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, ada 2 cara yang lazim dapat diberikan yaitu dengan Formula Baxter dan Evans.
2)      Resusitasi Cairan
2.      Penatalaksanaan Pembedahan
Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat pengerutan dan penjepitan dari eskar. Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan yang dilakukan yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai penjepitan bebas.




KONSEP KEPERAWATAN
1.            PENGKAJIAN
1.         Aktifitas/istirahat
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
2.         Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
3.         Integritas ego
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda: menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
4.         Eliminasi
Tanda: haluaran urine meningkat/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
5.         Cairan
Tanda: oedema jaringan umum;
6.         Neurosensori
Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
7.         Nyeri/kenyamanan
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; sementara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
8.         Pernafasan
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama. Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada;  stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal);
9.         Keamanan
Tanda: Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jaringan parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).
10.     Pemeriksaan diagnostik:
a.       LED: mengkaji hemokonsentrasi.
b.      Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
c.       Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
d.      BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
e.       Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
f.       Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
g.      Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.
h.      Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
1.      ANALISA DATA
NO.
Klasifikasi  Data
Etiologi
Masalah
1.
DS: klien mengeluh batuk-batuk.
DO:
-         Pengembangan torak terbatas
-         Nampak sesak
-         Suara serak
Termis
Luka bakar
Biologis
Pada wajah
Kerusakan mukosa
Oedema laring
Obstruksi jalan napas
Gagal napas
Ketidakefektifan pola napas
Ketidakefektifan pola napas
2.
DS: klien mengatakan sering buang air kecil.
DO: klien Nampak bolak balik WC.
Luka bakar
Biologis
Kerusakan kulit
Penguapan
Ekstravasasi cairan(H2O2, elektrolit)
Tekanan onkotik menurun
Cairan intravascular menurun
Kekurangan volume cairan
Kekurangan volume cairan
3.
DS: klien mengatakan nyeri pada area lukanya.
DO:klien nampak meringis.
Luka bakar
Biologis
Kerusakan kulit
Penguapan
Peningkatan pembuluh darah
Ekstravasasi cairan
Cairan intravascular menurun
Hemokonsentrasi
Nyeri
Nyeri
4.
DS: Klien mengatakan tidak peduli dengan lingkungan kamarnya yang terbuka
DO: Klien Nampak cuek.
Termis
Luka bakar
Biologis
Kerusakan kulit
Resiko infeksi
Resiko infeksi
5.
DS: klien mengatakan bahwa kulitnya melepuh.
DO: klien nampak  cemas.
Termis
Luka bakar
Biologis
Kerusakan kulit
Kerusakan integritas kulit
Kerusakan integritas kulit

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO.
Diagnosa Keperawatan
Nama jelas
1.
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas.

2.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif.

3.
Nyeri berhubungan dengan kesembuhan luka dan penanganan luka bakar.

4.
Resiko infeksi berhubungan dengan barier kulit bdan terganggunya respons imun.

5.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan  kerusakan permukaan kulit sekunder.


3.      RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO.
Diagnosa
Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan

Rasional
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
1.
Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pola napas klien tetap efektif, dengan kriteria hasil:
-          Bunyi napas vesikuler
-          RR dalam batas normal
Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernafasan, perhatikan adanya pucat/sianosis dan sputum mengandung karbon atau merah muda.

Auskultasi paru, perhatikan stridor, mengi/gemericik, penurunan bunyi nafas.



Tinggikan kepala tempat tidur. Hindari penggunaan bantal di bawah kepala, sesuai indikasi.




Dorong batuk/latihan nafas dalam dan perubahan posisi sering.



Awasi 24 jam keseimbngan cairan, perhatikan variasi/perubahan.

Berikan/bantu fisioterapi dada/spirometri intensif.
Takipnea, penggunaan otot bantu, sianosis dan perubahan sputum menunjukkan terjadi distress pernafasan/edema paru dan kebutuhan intervensi medik.

Obstruksi jalan nafas/distres pernafasan dapat terjadi sangat cepat atau lambat contoh sampai 48 jam setelah terbakar.

Meningkatkan ekspansi paru optimal/fungsi pernafasan. Bilakepala/leher terbakar, bantal dapat menghambat pernafasan, menyebabkan nekrosis pada kartilago telinga yang terbakar dan meningkatkan konstriktur leher.

Meningkatkan ekspansi paru, memobilisasi dan drainase sekret.



Perpindahan cairan atau kelebihan penggantian cairan meningkatkan risiko edema paru.

Fisioterapi dada mengalirkan area dependen paru, sementara spirometri intensif dilakukan untuk memperbaiki ekspansi paru, sehingga meningkatkan fungsi pernafasan dan menurunkan atelektasis.
2.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif.
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, di harapkan pasien dapat mendemostrasikan status cairan dan biokimia membaik, dengan kriteria hasil:
-      tak ada manifestasi dehidrasi,
-      resolusi oedema, elektrolit serum dalam batas normal,
-      haluaran urine di atas 30 ml/jam.

Awasi tanda vital, CVP. Perhatikan kapiler dan kekuatan nadi perifer.

Awasi pengeluaran urine dan berat jenisnya. Observasi warna urine dan hemates sesuai indikasi.




Perkirakan drainase luka dan kehilangan yang tampak.




Timbang berat badan setiap hari.


Ukur lingkar ekstremitas yang terbakar tiap hari sesuai indikasi.



Pasang/ pertahankan ukuran kateter intravena.
Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler.

Penggantian cairan dititrasi untuk meyakinkan rata-2 pengeluaran urine 30-50 cc/jam pada orang dewasa. Urine berwarna merah pada kerusakan otot masif karena adanyadarah dan keluarnya mioglobin.

Peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan protein, proses inflamasi dan kehilangan cairan melalui evaporasi mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran urine.

Penggantian cairan tergantung pada berat badan pertama dan perubahan selanjutnya.

Memperkirakan luasnya oedema/perpindahan cairan yang mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran urine.

Resusitasi cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit dan membantu mencegah komplikasi.
3.
Nyeri berhubungan dengan kesembuhan luka dan penanganan luka bakar.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan, dengan kriteria hasil:
-      menyangkal nyeri,
-       melaporkan perasaan nyaman,
-      ekspresi wajah dan postur tubuh rileks.
Berikan anlgesik narkotik yang diresepkan dokter dan diberikan sedikitnya 30 menit sebelum prosedur  perawatan luka. Anjurkan analgesik Intra vena bila luka bakar luas.



Pertahankan pintu kamar tertutup, tingkatkan suhu ruangan dan berikan selimut ekstra untuk memberikan kehangatan.

Bantu dengan pengubahan posisi setiap 2 jam bila diperlukan. Dapatkan bantuan tambahan sesuai kebutuhan, khususnya bila pasien tak dapat membantu membalikkan badan sendiri.
Analgesik narkotik diperlukan untuk memblok jaras nyeri dengan nyeri berat. Absorpsi obat IM buruk pada pasien dengan luka bakar luas yang disebabkan oleh perpindahan interstitial berkenaan dengan peningkatan permeabilitas kapiler.

Panas dan air hilang melalui jaringan luka bakar, menyebabkan hipotermia. Tindakan eksternal ini membantu menghemat kehilangan panas.

Menghilangkan tekanan pada tonjolan tulang dependen. Dukungan adekuat pada luka bakar selama gerakan membantu meminimalkan ketidaknyamanan..
4.
Resiko infeksi berhubungan dengan barier kulit bdan terganggunya respons imun.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan pasien bebas dari infeksi, dengan kriteria hasil:
-      tak ada demam,
-      pembentukan jaringan granulasi baik.
Pantau Penampilan luka bakar.


Bersihkan area luka bakar setiap hari dan lepaskan jaringan nekrotik (debridemen) sesuai keinginan.

Lepaskan krim lama dari luka sebelum pemberian krim baru. Gunakan sarung tangan steril dan beriakan krim antibiotika topikal yang diresepkan pada area luka bakar dengan ujung jari.

Tempatkan pasien pada ruangan khusus dan lakukan kewaspadaan untuk luka bakar luas yang mengenai area luas tubuh. Gunakan linen tempat tidur steril, handuk dan skort untuk pasien. Gunakan skort steril, sarung tangan dan penutup kepala dengan masker bila memberikan perawatan pada pasien.
Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Pembersihan dan pelepasan jaringan nekrotik meningkatkan pembentukan granulasi.

Antimikroba topikal membantu mencegah infeksi. Mengikuti prinsip aseptik melindungi pasien dari infeksi. Kulit yang gundul menjadi media yang baik untuk kultur pertumbuhan bakteri.

Kulit adalah lapisan pertama tubuh untuk pertahanan terhadap infeksi. Teknik steril dan tindakan perawatan perlindungan lainmelindungi pasien terhadap infeksi.
5.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan  kerusakan permukaan kulit sekunder.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pasien mampu menunjukkan regenerasi jaringan, dengan kriteria hasil:
Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar.
Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.


Lakukan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol infeksi.

Pertahankan penutupan luka sesuai indikasi.






Tinggikan area graft bila mungkin/tepat. Pertahankan posisi yang diinginkan dan imobilisasi area bila diindikasikan.
Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada area graft.

Menyiapkan jaringan untuk penanaman dan menurunkan resiko infeksi/kegagalan kulit.

Kain nilon/membran silikon mengandung kolagen porcine peptida yang melekat pada permukaan luka sampai lepasnya atau mengelupas secara spontan kulit repitelisasi.

Menurunkan pembengkakan /membatasi resiko pemisahan graft. Gerakan jaringan dibawah graft dapat mengubah posisi yang mempengaruhi penyembuhan optimal.




BAB IV
PENUTUP
A.          KESIMPULAN

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang di sebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi (Moenajat, 2001).
Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi, akibatnya akan merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh darah besar dan akibat kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan plasma sel darah, protein, dan albumin mengalami gangguan fisiologi.
Pemeriksaan laboratorim meliputi: HB, HMT, gula darah Natrium dan elektrolit, Ureum dan kreatinin, protein, urine lengkap, AGD (PO2 dan PCO2). Pemeriksaan radiologi: foto thoraks, EKG, CVP untuk mengetahuin tekanan sentral.
B.           SARAN
1.      Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kegawatdaruratan luka bakar diharapkan mampu memahami konsep dasar luka bakar serta konsep asuhan keperawatan.
2.      Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan dengan penyakit ini.


SEMOGA BERMANFAAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar