Kamis, 14 Mei 2015

ASKEP KEGAWATDARURATAN "Asma Bronchial"

BAB I
PENDAHULUAN

A.       LATAR BELAKANG
Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri atau luar negeri menunjukkan bahwa angka kejadian alergi dan asma terus meningkat tajam beberapa tahun terakhir. Tampaknya alergi merupakan kasus yang mendominasi kunjungan penderita di klinik rawat jalan pelayanan kesehatan anak. Salah satu manifestasi penyakit alergi yang tidak ringan adalah asma. Penyakit asma terbanyak terjadi pada anak dan berpotensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Alergi dapat menyerang semua organ dan fungsi tubuh tanpa terkecuali. Sehingga penderita asma juga akan mengalami gangguan pada organ tubuh lainnya.
Di samping itu banyak dilaporkan permasalahan kesehatan lain yang berkaitan dengan asma tetapi kasusnya belum banyak terungkap. Kasus tersebut tampaknya sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak, tetapi masih perlu penelitian lebih jauh. Dalam tatalaksanan asma anak tidak optimal, baik dalam diagnosis, penanganan dan pencegahannya.
Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1996, penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan sesak napas seperti bronchitis, emfisema, dan asma merupakan penyebab kematian ketujuh di Indonesia. Asma yang tidak ditangani dengan baik dapat mengganggu kualitas hidup anak berupa hambatan aktivitas 30 persen, dibanding 5 persen pada anak non-asma. Banyak kasus asma pada anak tidak terdiagnosis dini, karena yang menonjol adalah gejala batuknya, bisa dengan atau tanpa wheezing (mengi).
Asma adalah penyakit yang menyerang saluran pernafasan yang bisa menyerang siapa saja, namun penderita paling banyak adalah para anak-anak. Menurut KEMENKES (2008), 100 hingga 150 juta orang di dunia menderita asma, jumlah ini diperkirakan akan meningkat sebanyak 18.000 kasus setiap tahunnya. Setiap negara di dunia memilki kejadian kasus asma yang berbeda-beda.
Di Asia khususnya Asia Tenggara 1 dari 4 orang yang menderita asma mengaami masa yang tidak produktif karena tidak bekerja akibat asma. bisa dibanyangkan berapa kerugian yang dialami. Menurut Miol, penderita asma 3.3% penduduk Asia Tenggara adalah orang-orang yang menderita asma. Dimana kasus asma banyak terjadi di Indonesia, Vietnam, Thailand, Filiphina dan singapura.
Sedangkan menurut RISKESDAS (2007) di Indonesia prevalensi penderita asma diperkirakan masih sangat tinggi. Bedasarakan depkes persentase penderita asma di indonesia sebesar 5,87% dari keselurahan penduduk Indonesia. Dimana masih banyak penderita asma yang belum mendapatkan perawatan dokter.Hal itu membuat angka kematian karena penyakit asma tergolong tinggi di Indonesia.
B.       RUMUSAN MASALAH
1.      Apa saja yang mencakup dari konsep kegawatdaruratan ?
2.      Apa saja yang meliputi dari konsep medik Asma Bronchial ?
3.      Bagaimana proses keperawatan pada klien Asma Bronchial ?

C.      TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk memahami konsep dari kegawatdaruratan.
2.      Untuk mengetahui konsep medik Asma Bronchial.
3.      Untuk memahami proses keperawatan pada klien Asma Bronchial,

D.       MANFAAT PENULISAN
Diharapkan makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perawat/ mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakitAsma Bronhial.











BAB II
KONSEP KEGAWATDARURATAN

A.      TRIAGE
1.         PENGERTIAN
Triage diambil dari bahasa perancis “trier” artinya “mengelompokkkan” atau memilih. Triage dikembangkan dimedan pertempuran, dimana memilih korban untuk memberikan pertolongan medis.  Dahulunya Konsep ini dikembangkan keadaan bencana. Dilaksanakan di ruang gawat darurat dari tahun 1950- 1960 karena 2 alasan yaitu tingginya kunjungan dan banyak nya penggunakan sarana dan prasaraa untuk keadaan nonurgen.
Triage  yaitu satu sistem seleksi dan pemilihan pasien untuk menentukan tingkat kegawatan dan prioritas pasien. Triage tidak mudah atau simple,  triage yang sebenarnya sangat komplek, comprehensif dan kontroversial, penilaian awal korban cedera atau kritis merupakan tugas yang menantang, dan tiap menit bisa berati hidup atau mati.
2.         TUJUAN TRIAGE
a)        Menstabilkan pasien, mengidentifikasi cedera/ kelainan pengancam jiwa dan untuk memulai tindakan Mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa. Penilaian awal adalah sesuai.
b)        Memprioritaskan pasien menurut keakutannya. Melakukan tindakan sesuai serta untuk mengatur kecepatan dan efsiensi tindakan definitif atau  transfer ke fasilitas sesuai.

3.         SISTEM TRIAGE
Sistem triage dapat diterapkan keadaan non disaster/ tidak ada bencana dan disaster/adanya bencana.
a)        Triage Nondisaster : Tujuannya  untuk menyediakan perawatan sebaik mungkin bagi setiap individu pasien, contohnya IGD sehari-hari.
b)        Triage Disaster : Tujuannya untuk menyediakan perawatan yang lebih efektif untuk pasien dalam jumlah banyak. Contohnya  dalam keadaan bencana.
4.         METODE TRIAGE
Metode yang digunakan bisa secara METTAG (Triage tagging system) atau sistem triage Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation)
a)        Triage sistem METTAG
Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritas tindakan atas korban. Resusitasi ditempat. Triage sistem penuntun Lapangan START.
Berupa penilaian pasien 60 detik dengan mengamati ventilasi, perfusi, status mental. Memastikan kelompok korban (lazimnya juga dengan label) yang memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak mungkin diselamatkan atau meninggal. Ini memungkinkan penolong secara cepat mengidentifikasikan korban yang dengan resiko besar akan kematian segera atau apakah tidak memerlukan transport segera.
Tabel. 1 penilaian triage dengan START
Kategori
Pernafasan
Nadi
Status mental
Kritis dan darurat – merah
> 30 / menit
Tidak Ada
Tidak sadarkan diri
Luka-luka tidak berbahaya –kuning
< 30 /menit
Ada
Sadar/ normal
Meninggal- tidak mungkin diselamatkan 
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada respon
Sumber : Krisanti Paula dkk 2009
b)       Start   Method (Simple Triage And Rapid Treatment)
START, sebagai cara triage lapangan yang berprinsip pada sederhana dan kecepatan, dapat dilakukan oleh tenaga medis atau tenaga awam terlatih. Dalam memilah pasien, petugas melakukan penilaian kesadaran, ventilasi, dan perfusi selama kurang dari 60 detik lalu memberikan tanda dengan menggunakan berbagai alat berwarna, seperti bendera, kain, atau isolasi.
ü  Hitam : pasien meninggal atau cedera fatal yang tidak memungkinkan untuk resusitasi. Tidak memerlukan perhatian.
ü  Merah : pasien cedera berat atau mengancam jiwa dan memerlukan transport segera. Misalnya :
·         gagal nafas
·         cedera torako-abdominal
·         cedera kepala atau maksilo-fasial berat
·         shok atau perdarahan berat
·         luka bakar berat
ü  Kuning : pasien cedera yang dipastikan tidak mengancam jiwa dalam waktu dekat. Dapat ditunda hingga beberapa jam. Misalnya :
·         cedera abdomen tanpa shok,
·         cedera dada tanpa gangguan respirasi,
·         fraktura mayor tanpa syok
·         cedera kepala atau tulang belakang leher tanpa gangguan kesadaran
·         luka bakar ringan
ü  Hijau : cedera ringan yang tidak memerlukan stabilisasi segera. Misalnya :
·         cedera jaringan lunak,
·         fraktura dan dislokasi ekstremitas,
·         cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas
·         gawat darurat psikologis

Kadang kala pembagian triage pun menggunakan 5 macam warna
Kategori
Warna
Makna
Konsekuensi
Contoh
T1 (I)
Merah
Mengancam jiwa
Penanganan dan transportasi sesegera mungkin
Lesi yang melibatkan arteri, pendarahan organ dalam, trauma amputasi mayor
T2 (II)
Kuning
Cedera berat
Observasi ketat, penanganan secepatnya, transport sedapat mungkin
Trauma amputasi minor, cedera jaringan lunak, fraktur dan dislokasi
T3 (III)
Hijau
Cedera minor atau tidak cedera
Ditangani bila memungkinkan, transport dan evakuasi bila memungkinkan
Laserasi minor, abrasi jaringan lunak, cedera otot
T4 (IV)
Biru
Harapan hidup kecil atau tidak ada
Observasi dan bila memungkinkan pemberian analgetik
Cedera berat, pendarahan berat, pemeriksaan neurologis negatif
T5 (V)
Hitam
Meninggal
Menjaga jenazah, identifikasi bila memungkinkan
Dead on arrival, perburukan dari T1-4, tidak ada napas spontan

 

B.       LINGKUP KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN
1.         PENGERTIAN GAWAT DAN DARURAT
1.1)       Gawat             : Suatu kondisi dimana korban harus segera ditolong, apabila
tidak segera di tolong maka akan mengalami kecacatan atau
kematian.
Ex                    : Gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi, perdarahan hebat.
1.2)       Darurat          : Suatu kondisi dimana korban harus segera di tolong tetapi
penundaan pertolongan tidak akan menyebabkan kematian/
kecacatan.
Ex                    : Luka, Ca mamae, BPH, Fraktur tertutup

2.         SITUASI GAWAT DARURAT
Ada 4 tipe kondisi gawat darurat yaitu :
a)      Gawat Darurat : Keadaan mengancam nyawa yang jika tidak segera ditolong dapat meninggal atau cacat sehingga perlu ditangani dengan prioritas pertama. Sehingga dalam keadaan ini tidak ada waktu tunggu. Yang termasuk keadaan adalah pasien keracunan akut dengan penurunan kesadaran, gangguan jalan napas, gangguan pernapasan, gangguan sirkulasi atau pemaparan pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan ini.
b)      Gawat tidak Darurat : Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. Keadaan ini termasuk prioritas ke dua dan setelah dilakukan resusitasi segera konsulkan ke dokter spesialis untuk penanganan selanjutnya. Yang termasuk pasien gawat tidak darurat adalah: pasien kanker stadium lanjut yang mengalami keracunan akut.
c)      Darurat tidak Gawat : Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan darurat. Pasien biasanya sadar tidak ada ganguan pernapasan dan sirkulasi serta tidak memerlukan resusitasi dan dapat langsung diberi terapi definitive. Pasien dapat dirawat di ruang rawat inap atau jika keadaannya ringan dapat di pulangkan untuk selanjutnya kontrol ke poliklinik rawat jalan.
d)     Tidak Gawat tidak Darurat : Keadaan yang tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan darurat. Gejala dan tanda klinis ringan atau asimptomatisSetelah mendapat terapi definitive penderita dapat dipulangkan dan selanjutnya kontrol ke poliklinik rawat jalan.
Langkah membagi menjadi 4 keadaan sesuai dengan kondisi klien  berdasar yang prioritas kondisi yang paling mengancam nyawa. Kondisi yang mengancam nyawa di nilai berdasarkan jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), sirkulasi (circulation) dan kondisi neurologis (disabilty). mengetahui dan mampu menilai dari pasien yang sesuai dengan keadaan kegawatannya, dapat memberikan pelayanan yang optimal dan tepat, menghindari terjadinya kesalahan penanganan  dalam memilih kondisi pasien. Angka kematian mapun angka kecacatan dapat menurun. 
3.         RUANG LINGKUP KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN
a)        ICU (Intensive Care Unit)
ICU adalah ruangan perawatan intensif dengan peralatan-peralatan khusus untuk menanggulangi pasien gawat karena penyakit, trauma atau kompikasi lain. Misalnya terdapat sebuah kasus dalam sistem persyarafan dengan klien A cedera medula spinalis, cedera tulang belakang, klien mengeluh nyeri, serta terbatasnya pergerakan klien dan punggung habis jatuh dari tangga. Dengan klien B epilepsi mengalami fase kejang tonik dan klonik pada saat serangan epilepsi dirumahnya.
Dua kasus diatas memiliki sebuah perbedaan yang jelas dengan melihat kasus tersebut, yang meski dilakukan oleh seorang perawat adalah melihat kondisi si klien B maka lebih diutamakan dibandingkan dengan klien A karena pada klien B kondisi gawat daruratnya disebabkan oleh adanya penyakit epilepsi. Sedangkan untuk klien A dalam kondisi gawat darurat juga akan tetapi ia masuk kedalam unit atau bagian gawat darurat (UGD) bukan berarti tidak diperdulikan. 

b)       UGD (Unit Gawat Darurat)
UGD merupakan unit atau bagian yang memberikan pelayanan gawat darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut atau mengalami kecelakaan. Seperti pada kasus diatas pada klien A, ia mengalami suatu kecelakaan yang mengakibatkan cedera tulang belakang dengan demikian yang meski dibawa ke UGD adalah yang klien A yang mengalami kecelakaan tersebut. 
4.         PRINSIP GAWAT DARURAT
a)        Bersikap tenang tapi cekatan dan berpikir sebelum bertindak (jangan panik). 
b)        Sadar peran perawat dalam menghadapi korban dan wali ataupun saksi. 
c)        Melakukan pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masalah yang mengancam jiwa (henti napas, nadi tidak teraba, perdarahan hebat, keracunan). 
d)       Melakukan pengkajian sistematik sebelum melakukan tindakan secara menyeluruh. Pertahankan korban pada posisi datar atau sesuai (kecuali jika ada ortopnea), lindungi korban dari kedinginan. 
e)        Jika korban sadar, jelaskan apa yang terjadi, berikan bantuan untuk menenangkan dan yakinkan akan ditolong. 
f)         Hindari mengangkat/memindahkan yang tidak perlu, memindahkan jika hanya ada kondisi yang membahayakan. 
g)        Jangan diberi minum jika ada trauma abdomen atau perkiraan kemungkinan tindakan anastesi umum dalam waktu dekat. 
h)        Jangan dipindahkan (ditransportasi) sebelum pertolongan pertama selesai dilakukan dan terdapat alat transportasi yang memadai.
Dalam beberapa jenis keadaan kegawatdaruratan yang telah disepakati pimpinan masing-masing rumah sakit dan tentunya dengan menggunakan Protap yang telah tersedia, maka perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat dapat bertindak langsung sesuai dengan prosedur tetap rumah sakit yang berlaku. Peran ini sangat dekat kaitannya dengan upaya penyelamatan jiwa pasien secara langsung. 





KONSEP MEDIK ASMA BRONCHIAL

A.      PENGERTIAN
Istilah asma dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” dan berarti serangan napas pendek.  Meskipun dahulu istilah ini digunakan untuk menyatukan gambaran klinis napas pendek tanpa memandang sebabnya, sekarang istilah ini hanya ditujukan untuk keadaan-keadaan yang menunjukkan respon abnormal saluran napas terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan napas yang meluas. (Supriadi, 2013)
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan  ciri meningkatnya respon trachea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan. (Konny, 2013).
Asma Bronchiale adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Ndyycha, 2014).
Kesimpulan dari beberapa pengertian diatas yaitu Asma Bronchial adalah gangguan atau kerusakan pada saluran bronkus yang merupakan inflamasi kronis saluran nafas dengan ciri bronkospasme periodik yang reversible (dapat kembali), adanya wheezing, sesak nafas dan batuk dengan atau tanpa adanya sekret.
B.       KLASIFIKASI
Asma diklasifikasikan kedalam 6 tipe (Nettinna, 1996) yaitu:
1)        Asma ekstrinsik yang disebabkan oleh alergen inhalasi (misalnya debu, embun berdebu, jamur, serbuk, buhi dan rontokan bulu binatang dan diobati dengan imunologlobin E (IGE),
2)        Asma intrinsik yang disebabkan oleh infeksi (sering virus) dan rangsangan lingkungan (seperti polusi udara),
3)        Asma campuran dimana reaktivitas tipe I (segera) tanpa kombinasi dengan faktor intrinsik ,
4)        Asma akibat aspirin dan zat yang sejenis,
5)        Asma akibat latihan dimana gejala pernafasan terjadi dalam 5 sampai 20 menit setelah latihan.
6)        Asma okupasi yang disebabkan oleh asap industri, debu dan gas.
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,  yaitu :
1)        Asma alergik atau ekstrinsik
Asma alergik merupakan suatu bentuk asma dengan allergen seperti bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari, makanan dll. Allergen terbanyak adalah airborne dan musiman. Klien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat penyakit alergi pada keluarga dan riwayat pengobatan eksim atau rhinitis alergik. Paparan terhadap alergi akan mencetuskan serangan asma. Bentuk asma ini biasanya dimulai sejak anak-anak
2)        Ideopatik atau nonalergik asma / intrinsic
Asma nonalergik tidak berhubungan secara langsung dengan alergi spesifik. Factor – factor seperti common cold, infeksi saluran napas atas aktivitas, emosi atau stress, dan polusi lingkungan akan mencetuskan serangan. Beberapa agen farmakologi, seperti antagonis β-adrenergi dan bahan sulfat (penyedap makanan) juga dapat menjadi factor penyebab. Serangan dari asma idiopatik atau nonalergi menjadi lebih berat dan sering kali dengan berjalannya waktu dapat berkembang menjadi bronchitis dan empisema. Pada beberapa kasus dapat berkembang menjadi asma campuran. Bentuk asma ini biasanya dimulai ketika dewasa (>35 tahun).
3)        Asma campuran (mixed asma)
Asma campuran merupakan bentuk asma yang paling sering. Dikarakteristikan dengan bentuk kedua jenis asma alergi dan nonalergi.

C.      ETIOLOGI
Sampai saat ini etiologi asma diketahui belum pasti , suatu hal yang menonjol pada semua penderita asma adalah fenomena hipereaktivitas bronkus . bronkus penderita asma sangat peka tehadap rangsangan imonologi maupun nonimumologi. Oleh karena sifat inilah,  maka serangan asma mudah terjadi ketika rangsangan baik fisik, metabolik, kimia, alergen, infeksi, dan sebagainya. Penderita asma perlu mengetahui dan sedapat mungkin menghindari rangsangan atau pencetus yang dapat menimbulkan asma.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1)      Genetik : Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2)      Alergen : Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a)      Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
b)      Ingestan, yang masuk melalui mulut
Contoh : makanan dan obat-obatan
c)      Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan
3)      Perubahan cuaca : Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau.
4)      Stress : Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
5)      Lingkungan kerja : Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
6)      Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat : Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
D.      PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
E.       MANIFESTASI KLINIS
1)      Tiga gejala umum asma terdiri atas :
a)      Dispnea (sesak nafas), terjadi karena pelepasan histamine dan leukotrien yang menyebabkan kontraksi otot polos sehingga saluran nafas menjadi sempit.
b)      Batuk, adalah reaksi tubuh untuk mengeluarkan hasil dari inflamasi atau benda asing yang masuk ke saluran nafas.
c)      Mengi (bengek), suara nafas tambahan yang terjadi akibat penyempitan bronkus.
2)      Gambaran klinis pasien yang menderita asma
a)      Gambaran objektif :
·         Sesak nafas parah dengan ekspirasi memanjang disertai wheezing.
·         Dapat disertai dengan sputum kental dan sulit dikeluarkan.
·         Bernafas dengan menggunakan otot-otot nafas tambahan.
·         Sianosis, takikardia, gelisah dan pulsus paradoksus.
·         Fase ekspirasi memanjang dengan disertai wheezing (di afek dan hilus)
b)      Gambaran subjektif adalah pasien mengeluhkan sukar bernafas, sesak dan anoreksia.
c)      Gambaran psikososial adalah cemas, takut, mudah tersinggung dan kurang pengetahuan pasien terhadap situasi penyakitnya.

F.       PEMERIKSAAN PENUNJANG
1)      Pemeriksaan radiologi : Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
·         Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
·         Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
·         Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
·         Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis local
·         Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
2)      Pemeriksaan tes kulit : Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
3)      Elektrokardiografi (EKG) : Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:
·         Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation
·         Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right Bundle branch Block)
·         Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan VES  atau terjadinya depresi segmen ST negatif.
4)      Scanning Paru : Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
5)      Spirometri : Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaan spirometri tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan.

G.      PENATALAKSANAAN
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1)      Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2)      Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3)      Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
Penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1)        Pengobatan Nonfarmakologi
a)        Penyuluhan, penyuluhan ini ditunjukan untuk peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asma sehingga klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, menggunakan obat secara benar, dan berkonsultasi pada tim kesehatan.
b)        Menghindari faktor pencetus. Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asma yang ada pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus, temasuk intake cairan yang cukup bagi klien.
c)        Fisioterapi, dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi dan fibrasi dada.
2)        Pengobatan farmakologi
a)      Agonis beta : metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuknya aerosol, bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 kali semprot, dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit.
b)      Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4 kali sehari. Golongan metilxantin adalah aminofilin dan teofilin obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan.
c)      Kortikosteroid, jika agonis beta dan metilxantin tidak memberikan respon yang baik harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol dengan dosis 4 kali semprot tiap hari. Pemberian steroid dalam jangka yang lama mempunyai efek samping, maka klien yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d)     Kromalin dan iprutropioum bromide (atroven). Kromalin merupakan obat pencegah asma khususnya untuk anak-anak. Dosis iprutropioum bromide diberikan 1-2 kapsul 4 kali sehari.

H.      KOMPLIKASI
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1)      Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2)      Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3)      Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
4)      Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru.
5)      Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.
                                                      




BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
 ASMA BRONCHIAL

A.      PENGKAJIAN
1.      BIODATA
·      Identitas Pasien
·      Identitas Penanggung jawab
2.      RIWAYAT KESEHATAN
a)      Alasan Masuk Rumah Sakit : Klien datang dengan keluhan, sesak, batuk berdahak sejak 5 hari lalu
b)      Keluhan Utama : Klien mengatakan sesak nafas, batuk
c)      Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengeluh sesak nafas, terutama saat suhu dingin untuk mengurangi keluhan sesak nafas klien tidur setengah duduk, sesak nafas berulang pada waktu malam dan pagi.
d)     Riwayat Penyakit Masa Lalu : Klien mengatakan sebelumnya pernah menderita penyakit yang sama yaitu asma
e)      Riwayat Kesehatan Keluarga : Klien mengatakan dalam anggota keluarganya ada yang menderita penykit yang sama seperti yang diderita klien yaitu penyakit asma.
f)       Keadaan Kesehatan Lingkungan : Klien mengatakan keluarga sangat memperhatikan kebersihan lingkunganya
g)      Riwayat Psikologis : Klien mengatakan takut dengan kondisinya sekarang, klien bertanya mengenai kondisi kesehatanya.
3.      POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
a)      Pola Nutrisi
·      Sebelum sakit : Klien mengatakan saat sehat makan 3Xsehari dengan komposisi nasi, lauk pauk , minum kurang lebih 6-7 gelas/hari.
·      Saat Sakit : Klien mengatakan saat sakit makan 3X sehari dengan porsi sedikit Karena batuk mempengarui nafsu makan menurun.minum air putih kurang lebih 5-7gelas/hari.
b)      Pola eliminasi
·      BAB sebelum sakit : Klien mengatakn Saat sehat BAB 1X sehari dengan konsistensi lembek, warna kuning bau khas feces
·      BAB saat sakit : klien mengatakan saat sakit BAB 1X sehari dengan konsistensi lembek warna kuning ,bau khas feces
·      BAK sebelum Sakit : Klien mengatakan saat sehat BAK sebanyak 3-4X perhari dengan warna kuning kecokltan dan bau khas amoniak
·      BAK saat sakit : Klien mengatakan saat sakit BAk tetap tidak terjadi perubahan tetap sebanyak 3-4X perhari dan bau khas amoniak
c)      Pola Kebersihan diri
·      Sebelum sakit : Klien mengtakan saat sehat mandi 2x sehari menggunakan sabun, gosok gigi, kramas 3X seminggu ganti pakaian bila sudah kotor.
·      Saat sakit : Klien mengatakan saat sakit hanya dibasuh dengan air hangat serta gosok gigi 2X sehari.
d)     Pola Aktivitas
·      Sebelum sakit : Klien mengatakan saat sehat aktivitas dirumahnya biasa dikerjakan dengan ibunya,
·      Saat sakit : Klien mengatakan saat sakit tidak bisa membantu aktifitas ibunya seperti biasa
e)      Pola istirahat tidur
·      Sebelum sakit : Klien mengatakan saat sehat tidur kurang lebih selama 7-8 jam perhari
·      Saat sakit : Klien mengatakan saat sakit tidurnya terganggu karena sesak nafas, dan batuk pada malam hari dan pagi hari, klien hanya tidur kurang lebih 4jam perhari.
4.      PEMERIKSAAN FISIK 
a)      Keadaan Umum : Klien lemah
b)      Tanda – tanda vital :
T = 110/70 mmHg                        S= 37 0C
N= 78x/mnt                                  RR = 28x/mnt
c)      Kesadaran : composmetis
d)     Pemeriksaan cepalo caudal
·      Kepala dan rambut
I : Pertumbuhan rambut merata,tidak terdapat uban
P : Tidak ada benjolan pada kepala,

·      Hidung
I : Bentuk hidung Simetris, terdapat ekspirasi memanjang,nafas cepat, terdapat
pernafasan cuping hidung
P : Tidak terdapat nyeri tekan
A : Terdapat suara tambahan Whezing Dan ronchi


·      Telinga
I : Tidak ada serumen dan lesi
Fungsi : Pendengaran baik
·      Mata
I : Sclera Putih, konjungtiva merah,
Fungi : penglihatan baik
·      Mulut dan gigi
I : mulut pucat, tidak ada stomatitis
·      Gigi
I : Tidak ada caries Gigi
·      Leher dan tenggorokan
Leher = I : tidak ada stroma
P : tidak ada nyeri tekan
Tenggorokan = I : tidak ada pembesaran tonsil


·      Dada dan Thorax
Pemeriksaan paru = I : bentuk dada simetris pernafasan 28x permenit
P : tidak ada nyeri tekan
P : terdengar suara hipersonor
A : suara nafas wheezing dan Ronchi
ANALISA DATA
Kelompok data
Masalah
Etiologi
DS : klien mengatakan sesak nafas
DO: - keadaan umum lemah
-          Terdengar ronchi dan wheezing
-          Klien tidur setengah duduk
-          Pernafasan cuping hidung
T = 110/70 mmHg
N = 78x/Menit
S= 37 0C
RR= 28X/mn

DS : Klien mengatakan tidurnya terganggu karena sesak nafas
O: DO : - klien tampak lemah
-  Batuk berdahak
-  Sesak nafas pada malam hari
T = 110/70 mmHg
N = 78x/Menit
S= 37 0C
RR= 28X/mnt
Ketidak efektifan jalan nafas B/D peningkatan produksi mukus












Gangguan pola tidur B/D batuk terus menerus
Factor – factor pencetus
Perubahan pada broncus
Sel must mediator histamine ( histamine,prostaglandin,bradikinin)
Mengeluarkan eosinofil , basofil, sel globet.
Merangsang broncus untuk berbafas secara maksimal
ASMA BONCIAL
Peningkatan produksi mucus
Obstruksi jalan nafaS
Ketidak efektifan jalan nafas



Factor – factor pencetus
Perubahan pada broncus
Sel must mediator histamine (histamine,prostaglandin,bradikinin)
Mengeluarkan eosinofil , basofil, sel globet.
Merangsang broncus untuk berbafas secara maksimal
ASMA BONCIAL
peningkatan produksi mucus
batuk
batuk menetap
gangguan pola tidur
B.       DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Ketidak efektifan jalan nafas b/d peningkatan produksi mucus ditandai dengan klien batuk, terdengar ronci,wheezing, pernafasan cuping hidung
2.      Gangguan pola tidur b/d batuk terus menerus ditandai dengan klien tampak lemah

C.      INTERVENSI
No
Dx. Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1



















2
Ketidakefektifan jalan nafas b/d peningkatan produksi mucus ditandai dengan klien batuk, terdengar ronci,wheezing, pernafasan cuping hidung












Gangguan pola tidur b/d batuk terus menerus ditandai dengan klien tampak lemah








Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam jalan nafas kembali normal
Kriteria Hasil :
·   Bunyi nafas Vesikuler
·   Wheezing ronci berkurang sampai dengan hilang
·   Tak terdapat pernafasan cuping hidung
·   TTV normal
T : 110/70-139/89 mmHg
S : 36-3750c
N : 60 – 80 x/mnt
RR : 16 -24 x /mnt








Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24jam pola tidur kembali teratur

Kriteria Hasil :
·    klien dapat batu efektif
·    frekuensi batuk berkurang sehingga dapat istirahat
·    Ttv normal
T : 110/70-139/89 mmHg
S ; 36-3750c
N : 60 – 80 X/menit
RR: 16 -24 x /menit
·    beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyakit dan tindakan yang akan dilakukan


·    pantau tanda-tanda vital



·    auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas tambahan

·    ajarkan klien untuk batuk efektif

·    anjurkan klien minum air hangat

·    kolaborasi dengan dokter dalam pemberian bronkodilator dan O2



·    beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang tindakan yang dilakukanvdapat kooperatif

·    anjurkan minum air hangat



·    ciptakan lingkungan bersih dan nyaman

·    siapkan pot penampung sputum


·    kolaborasi dengan dokter dalm pemberian bronkodilator
·    meningkatkan pemahaman klien dan keluarga tentang penyakit dan kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan

·    perubahan tanda-tanda vital menunjukkan perkembangan kondisi klien

·    ronki wheezing menunjukkan secretdijalan nafas

·    dengan batuk efektif bisa mengelurakan secret

·    air hangat dapat mengencerkan sputum

·    bronkodilator dapat merilekskan otot dan menurunkan spasme jalan nafas, memenuhi kebutuhan O2

·    mengurangi rasa cemas klien dan keluarga





·    mengencerkan secret dan menurunkan spasme sehingga melegakan nafas

·    mengurangi factor pencetus batuk

·    memudahkan klien untuk membuang secret dan mengurangi aktifitas

·    merilekskan otot pernafasan

D.      IMPLEMENTASI
NO
IMPLEMENTASI
Rasional
1.
















2.
·         memberi penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyakit dan tindakan yang akan dilakukan


·         memantau tanda-tanda vital




·         mengauskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas tambahan

·         mengajarkan klien untuk batuk efektif


·         menganjurkan klien minum air hangat



·         berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian bronkodilator dan O2



·         memberi penjelasan pada klien dan keluarga tentang tindakan yang dilakukan


·         menciptakan lingkungan bersih dan nyaman



·         menyiapakan pot penampung sputum
·         klien dan keluarga mendengarkan penjelasan dari petugas dan bertanya penyebab sesak nafas

·         T = 110/70 mmHg
N = 78x/Menit
S = 37 0C
RR = 28X/menit

·         klien saat bernafas terdengar ronchi dan whesing

·         klien menarik nafas dan batuk supaya scretnya keluar

·         klien minum air hangat sedikit – sedikit untuk mengencerkan secret

·         klien bersedia menerima pemberian obat Aminofilin, dexametason melalui bolus dan o2 3ltr


·         klien dan keluarga mendengarkan penjelasan dari petugasndapat kooperatif

·         keluarga klien selalu membersihkan tempat tidur klien

·         keluarga menyiapkan bengkok untuk tempat sputum






E.       EVALUASI
No
Evaluasi
1










2.




S : klien mengatakan  masih sesak nafas
O: - keadaan umum lemah
-          Terdengar ronchi dan wheezing
-          Klien tidur setengah duduk
-          Pernafasan cuping hidung
T = 110/70 mmHg
N = 78x/Menit
S= 37 0C
RR= 28X/mnt
A : tujuan belum tercapai
P : intervensi 2,3,4,5,6,7 dilanjutkan
S : Klien mengatakan tidurnya masih terganggu karena sesak nafas
O: - klien tampak lemah
-  Batuk berdahak
-  Sesak nafas pada malam hari
T = 110/70 mmHg      N = 78x/Menit
S= 37 0C                      RR= 28X/mnt
A: tujuan belum tercapai
P: intervensi 2,3 dilanjutkan

BAB IV
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Triage  yaitu satu sistem seleksi dan pemilihan pasien untuk menentukan tingkat kegawatan dan prioritas pasien.
Asma Bronchial adalah gangguan atau kerusakan pada saluran bronkus yang merupakan inflamasi kronis saluran nafas dengan ciri bronkospasme periodik yang reversible (dapat kembali), adanya wheezing, sesak nafas dan batuk dengan atau tanpa adanya sekret.
Penderita asma sangat peka tehadap rangsangan imonologi maupun nonimumologi. Oleh karena sifat inilah,  maka serangan asma mudah terjadi ketika rangsangan baik fisik, metabolik, kimia, alergen, infeksi, dan sebagainya.
B.       SARAN
Peran perawat dalam penanganan asma dan mencegah terjadinya asma adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian asma.











DAFTAR PUSTAKA

Marlina, Megga. 2014. “MAKALAH ASKEP ASMA BRONCHIAL”. (Website) http://meggamarlina.blogspot.com/2014/01/makalah-askep-asma-bronchial.html. Diakses Tanggal 22 April 2015
Dulie, Efri. 2012. “DUNIA KEPERAWATAN”. (Website) http://efristikesekaharap.blogspot.com/2012/08/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan_5563.html. Diakses Tanggal 22 April 2014
Ndyycha. 2014. “ASKEP ASMA BRONCHIAL”. (Website) http://ndyycha.blogspot.com/2014/02/askep-asma-bronchial.html. Diakses Tangggal 22 April 2015
Supri, Supriadi. 2013. “NERS KECE BLOG_ASKEP ASMA BRONCHIAL”. (Website) http://nerskece.blogspot.com/2013/06/askep-asma-bronchial_27.html. Diakses Tangal 22 April 2015
Rako, Konny Liane. 2013. “ASUHAN KEPERAWATAN”. (Website) http://lianerako.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-asma-bronkhial.html. Diakses Tanggal 22 April 2015

Aminudin, Moh. 2011. “NURSE SEDJATI (LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KASUS ASMA BRONKIALE”. (Website) http://askepaminfima.blogspot.com/2011/04/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan.html. Diakses Tanggal 25 April 2015


SEMOGA BERMANFAAT

45 komentar:

  1. Salah satu terapi tumor otak yang bisa anda lakukan adalah dengan konsumsi jelly gamat qnc yakni obat alami yang dibuat dari teripang emas, selain itu jelly gamat juga bisa untuk mengobati Tumor Payudara yang biasa ditandai dengan munculnya benjolan di payudara. Dan andapun yang menderita kelenjar getah bening, liver bengkak anda bisa mengkonsumsinya. Tanpa terkecuali anda yang memiliki keluhan tbc hingga gangguan pencernaan dan kista anda pun bisa mengkonsumsinya sungguh hebat bukan.

    BalasHapus
  2. Thank you for the information gan, may be useful for all of us.
    Greetings from us:
    Links We wish Beneficial For Information About Health.

    Obat Herbal Gagal Ginjal Kronik
    Cara Mengobati Kanker Payudara Secara Alami dan Aman
    Obat Herbal Kanker Darah
    Cara Mengobati Penyakit Tbc
    Obat Herbal Glaukoma Terampuh

    We Wait Further Information gan ....

    BalasHapus
  3. Gejala Asma Gejala asma Gejala Asma Gejala asma Gejala Asma Gejala asma Gejala Asma Gejala asma Obat Kuat Obat kuat Obat Kuat obat kuat Gejala Asma yang perlu di waspadai banyak sekali jenisnya, Gejala Asma yang menyebabkan radang lambung yang parah sangatlah berbahaya dan dapat mengakibatkan pengaruh yang sangat dominan Gejala Asma akut yang perlu di wapadai

    BalasHapus
  4. ini adalah halaman yang sangat luar biasa senang bisa berada dihalaman anda.
    Pengobatan Maag Kronis Secara Alami
    Pengobatan Sinusitis Secara Alami

    BalasHapus

  5. Congratulations reactivities ,, highly awaited new information from this site
    Good luck !!

    obat epilepsi tradisional
    obat leukosit tinggi herbal

    BalasHapus
  6. We provideing list of Verified cheapest packers Get Free Quotes Compare to save money & select the best # Cheapestpackers.co.in Services now # http://cheapestpackers.co.in/packers-and-movers-delhi/

    BalasHapus
  7. The latest information we are waiting for lho..semoga what is given can be useful
    Terimakash..success always everything..salam know

    obat kista coklat tradisional
    obat darah rendah tradisional ampuh

    BalasHapus
  8. I like your topic, after reading your article very helpful at all and can be a source of reference
    I will wait for your next article updates
    Thank you, for sharing

    Penirum

    Penirum Asli

    Titan Gel

    Vimax

    Hammer Of Thor

    BalasHapus
  9. Sites like these I'm looking for
    Thanks for the information, in tunggua keep the latest news

    pedia herbal
    obat infeksi paru paru manjur
    obat ginjal kronis tradisional

    BalasHapus
  10. Nice artickle, thanks has been sharing this information. Do not forget to visit our website to share information and knowledge about health.

    Obat Viagra
    Viagra Asli
    Khasiat Obat Viagra
    Pil Biru
    Penirum Asli

    BalasHapus
  11. Thanks for information . I really like your article
    http://rizkyherbal.com/obat-tbc-herbal-di-apotik/
    http://rizkyherbal.com/obat-kanker-usus-besar-stadium-4-alami/

    BalasHapus
  12. Good luck ,, in waiting for other information from your site
    send regards for success

    cara mengatasi mata merah
    obat gondok beracun
    obat tradisional hipertiroid

    BalasHapus
  13. Your page is very good. I like it very much. Hopefully I can cooperate well.

    Pantangan Makanan Penyakit Penyakit Gondok

    BalasHapus
  14. Fishing is not just a hobby, but fishing can also eliminate boredom, stress, fatigue from activities and work that accumulates.

    Essen Ikan Lele Galatama Jitu

    BalasHapus